Tuesday, March 17, 2009

Tugas pengolah raster hari rabu 18 maret 2009


Tugas hari rabu tgl 18 mart 2009 :
1. presentasi yg belum selesai di selesaikan.
2. yg sudah selesai kirim ke email.(pakai email sendiri,cantumkan almt blogger).
3. post-kan presentasi pada blogger.
4. kerjakan tanpa RAME
5. SELAMAT MENGERJAKAN


Mr. Zetty

Tuesday, March 3, 2009

bodoh?



Posted 12-05-2008 at 12:09 PM by azhuramasda
Updated 12-05-2008 at 12:17 PM by azhuramasda

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tidak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, "Itu Bejo, dia anak paling terbodoh di dunia".

Pengusaha itu kemudian bertanya
"Apa iya?".

Tukang cukur dengan bersemangat "Mari... saya buktikan!"

Lalu, dia memanggil si Bejo, tukang cukur itu merogoh kantongnya dan
mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu ia memanggil bejo dan berkata, "Bejo, kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!".

Bejo pun melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada dua lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil lembaran uang Rp 500.


Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, "Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil".


Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya

"Bejo, tadi saya sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 dan Rp 500-an, saya lihat kok yang kamu ambil, uang yang Rp 500, kenapa tidak ambil yang Rp 1000, nilainya kan lebih besar dan dua kali lipat dari yang Rp 500".


Si bejo kemudian melihat dan memandang wajah sang pengusaha, ia agak ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Ayo beritahu saya, kenapa kamu ambil yang Rp 500," desak sang pengusaha.


Akhirnya si Bejo pun berkata, "Kalau saya ambil yang Rp 1000, berarti permainannya akan selesai....."



Never judge a book from its cover, The story may be different from what you may think of.

Copied from Kaskus.us

Temukan kebahagiaan dengan memberi



Posted 12-05-2008 at 12:29 PM by azhuramasda
Updated 12-05-2008 at 12:34 PM by azhuramasda

Kisah ini bercerita tentang seorang wanita cantik bergaun mahal yang

mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti.

Maka si psikiater memanggil seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya," Saya akan menyuruh Mary di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya."

Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: "OK, suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang.

Sejenak aku merasa kasihan melihatnya.

Cuaca dingin di luar, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.

Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi."

Ketika si wanita kaya mendengarkan hal itu, menangislah dia. Dia memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.


Copied from Kaskus.us

Siapa Wanita Yang Mendidik Anak ini?



Posted 08-05-2008 at 10:20 AM by azhuramasda
Updated 09-05-2008 at 05:20 PM by azhuramasda

Setelah menyetir terlalu lama sepulang dari kampung saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan saya. "Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas dan akhirnya dia berlalu. Pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Gak sampe 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri calon pembeli lain. Saya lihat dia menghampiri sepasang suami istri. Mereka juga menolak tawaran anak itu, dan dia berlalu begitu saja. "Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya lagi. "Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pun pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak,... Ibu." Halus budi bahasanya pikir saya. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya. Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Namun belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi sudah berdiri di samping mobil. Dia tersenyum kepada saya. Saya turunkan kaca jendela, dan membalas senyumannya. "Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlu bawa kue saya buat oleh-oleh untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali, sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya. Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya. "Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan yang meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima restoran. Saya gembira dapat membantunya. Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah kagetnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis buta. Saya terkejut, saya hentikan mobil, dan memanggil anak itu. "Kenapa Bang, mau beli kue ya?" tanyanya. "Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya. "Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu. "Abang mau beli semua ?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Dengan gembira dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan berlalu dari pandangan saya. Ya Tuhan!. Saya hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati, siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidik anak itu ?. Sesungguhnya saya kagum dengan sikapnya. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.......

Copied from Kaskus.us

Gajimu per jam


Originally Posted by GeneticFreak

Ada seorang ayah yang setiap hari bekerja keras dan pulang larut malam. Bahkan seringkali di hari sabtu dan minggu pun ia bekerja. Suatu hari seperti biasa ia lembur lagi, dan pulang dengan tubuh lelah dan pikiran penat. Sampai di rumah ia menjumpai anaknya yang masih kecil menantinya di ruang tamu.
"Malam papa, bolehkah aku bertanya?", tanya si anak.
"Mau tanya apa tho?", dengan nada sedikit terganggu ayahnya menjawab, (maklumlah sudah capek).
"Papa, berapa gaji papa per jam?", tanya si anak dengan hati-hati (takut dimarahi)
"Aduh ngapain sih kamu tanya begituan?", hardik sang ayah.
"Maaf papa, saya cuma ingin tau..."
(berpikir sejenak) "Ya sudahlah, kira2 gaji papa satu jam nya 50 ribu"
"Oh", jawab si anak, sejenak kepalanya tertunduk berpikir. Lalu dengan sangat perlahan si anak berkata, "Kalau begitu... bolehkah saya pinjam... 10 ribu saja papa...?"
Sang ayah pun bangkit amarahnya, "Jadi kamu nanya cuman mau pinjam uang? Sudah berani kamu ya nanya gaji papa cuman supaya kamu bisa pinjam uang untuk beli mainan tak berguna atau jajan! Cepat kamu masuk kamar dan tidur!"

Anaknya pun tanpa berkata apa2 lagi, menundukkan kepala lalu masuk ke kamarnya dan sang ayah pun pergi mandi. Setelah mandi, sambil berbaring di tempat tidurnya sang ayah berpikir, "Mungkin aku terlalu galak pada anak ku, mungkin dia memang benar2 ingin membeli sesuatu, pelitnya aku ini, 10 ribu saja aku marah pada anak ku". Kemudian sang ayah pun bangun, mengambil 10 ribu dari dompetnya dan menuju kamar anaknya.

"Nak..", panggilnya dengan pelan, mungkin anaknya sudah tertidur, "...kamu belum tidur?"
"Belum papa, maaf, dari tadi saya belum bisa tidur", sahut anaknya.
"Mungkin ayah tadi terlalu kasar kepadamu, maaf tadi papa sangat lelah dan menumpahkan marah kepadamu, nih, 10 ribu yg tadi kamu minta".
Dengan wajah ceria anaknya menerima uang itu. Lalu anaknya mengambil sebuah kotak pensil tua yang ada dibawah bantalnya, mengambil segenggam uang dari situ, lalu menghitung uangnya.

Sang ayah pun marah lagi, "Kamu ni, sebenernya mau beli apa sih? Udah punya uang gitu, masih mau pinjam lagi!"
Setelah selesai menghitung embaran-lembaran lusuh uang di tangannya, sang anak memandang ayahnya dan menjawab, "terima kasih papa, sekarang uangku sudah cukup"
"Sebenernya kamu ini mau ngapain sih! Jawab pertanyaanku", hardik ayahnya lagi

Dengan ceria dia menjawab, "Papa, ini sekarang aku punya uang 50 ribu, bolehkah aku membeli waktumu satu jam? Pulanglah lebih awal besok, aku kangen makan malam sama papa..."


Copied from Kaskus.us

Harga sebuah waktu



Posted 09-05-2008 at 02:15 PM by azhuramasda
Updated 09-05-2008 at 05:15 PM by azhuramasda
Untuk menyadari berapa harga 1 bulan....
tanyakan kepada seorang ibu yang melahirkan bayi prematur

Untuk menyadari berapa harga 1 minggu....
tanyakan kepada editor sebuah majalah mingguan

Untuk menyadari berapa harga 1 jam....
tanyakan kepada seorang yang sedang menunggu kekasihnya

Untuk menyadari berapa harga 1 menit....
tanyakan kepada seorang yang tertinggal kereta

Untuk menyadari berapa harga 1 detik....
tanyakan kepada seorang yang baru saja terhindar dari kecelakaan maut.

Untuk menyadari berapa harga 1 milidetik....
tanyakan kepada seorang atlit yang meraih medali perak

TREASURE EVERY MOMENT YOU HAVE!

Copied from Kaskus.us

Katakan sebelum terlambat


Posted 09-05-2008 at 04:59 PM by azhuramasda
Updated 09-05-2008 at 05:14 PM by azhuramasda

Suatu hari seorang guru meminta kepada para muridnya
untuk membuat daftar semua nama murid di kelas itu
pada dua lembar kertas, dan memberikan tempat kosong
di setiap nama. Kemudian ia meminta mereka untuk
memikirkan hal yang terbaik mengenai teman mereka
dan menuliskannya.

Tugas itu ternyata menyita sisa waktu pelajaran
untuk diselesaikan, dan ketika para murid
meninggalkan kelas, setiap orang menyerahkan
hasilnya.

Sabtu itu, sang guru menuliskan nama dari setiap
murid di kertas yang terpisah, lalu membuat daftar
apa yang telah dikatakan oleh murid yang lain
mengenai murid itu.

Dan pada hari Senin, ia memberikan setiap murid
daftarnya. Tidak lama kemudian, seluruh kelas mulai
tersenyum. "Sungguh?" ia mendengar suara
bisik-bisik. "Aku tidak tahu bahwa aku berarti untuk
orang lain!" dan, "Aku tidak tahu kalau yang lain
sangat menyukaiku." Begitulah komentar yang didengar
oleh sang guru.

Tidak ada orang yang menyinggung daftar itu di kelas
lagi. Ia tidak pernah tahu apakah para murid
membicarakannya di luar kelas atau kepada para orang
tua mereka, tetapi tidak masalah. Latihan itu telah
sampai tujuannya. Para murid sangat bahagia dengan
komentar itu dan menyukai satu sama lainnya.

Beberapa tahun kemudian, salah seorang dari murid
itu tewas terbunuh di VietNam dan gurunya menghadiri
pemakaman murid itu. Ia tidak pernah melihat seorang
tentara di dalam peti jenazah militer sebelumnya.
Muridnya itu sangat tampan, sangat dewasa.

Seluruh gereja dipenuhi oleh teman-temannya. Satu
persatu yang mencintainya menghampiri peti jenazah
itu. Sang guru adalah orang yang terakhir yang
mengucapkan salam perpisahan.

Ketika ia berdiri di sana, salah seorang dari
tentara yang bertugas sebagai pengangkut peti
jenazah itu menghampirinya. "Apakah kamu guru
matematikanya Mark?" tanyanya. Sang guru mengangguk,
"iya." Kemudian tentara itu melanjutkan : "Mark
banyak membicarakan dirimu."

Setelah pemakaman, bekas teman sekelas Mark
bersama-sama pergi ke tempat makan siang. Ayah dan
ibu Mark ada di sana, sangat jelas terlihat bahwa
mereka tidak sabar untuk berbicara dengan guru Mark.

"Kami ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu," kata
ayah Mark, sambil mengambil dompet dari sakunya.
"Mereka menemukan benda ini pada Mark ketika ia
tewas. Kami kira Anda mungkin akan mengenalinya."
Sambil membuka dompet itu, ayah Mark dengan sangat
hati-hati mengeluarkan dua lembar kertas yang sudah
diisolasi, dilipat berkali-kali. Sang guru langsung
mengenalinya, bahwa kertas itu adalah kertas yang
dibuat olehnya berisikan daftar kebaikan Mark yang
ditulis oleh teman-teman sekelasnya.

"Terima kasih karena telah melakukan hal itu," ibu
Mark berkata.
"Seperti yang Anda lihat, Mark menyimpannya sebagai
salah satu hartanya."

Semua mantan teman sekelas Mark mulai berkumpul.
Charlie tersenyum dengan malu-malu sambil berkata,
"Aku juga masih menyimpan daftarku. Daftarku itu
berada di bagian atas laci meja belajarku di rumah."

Istri Chuck berkata, "Chuck memintaku untuk
meletakkannya di album pernikahan kami."

"Aku juga memilikinya," kata Marilyn. "Daftarku ada
dalam buku harianku."

Kemudan Vicki, teman sekelas yang lain, mengambil
buku sakunya, kemudian mengeluarkan dompetnya dan
memperlihatkan daftarnya yang sudah kusam dan lecek
kepada yang lain. "Aku membawanya bersamaku setiap
waktu," ujar Vicki, lalu sambungnya : "Aku rasa kita
semua menyimpan daftar kita masing-masing."

Pada saat itu, sang guru terduduk dan menangis. Ia
menangis karena Mark
dan seluruh temannya tidak akan mungkin melihat Mark
kembali.

Begitu banyak orang yang datang dan pergi di
kehidupan kita. Dan kita
tidakmengetahui kapan hari itu akan tiba.
Jadi katakanlah kepada orang yang Anda kasihi dan
cintai, bahwa mereka
sangat penting dan spesial dalam kehidupan Anda.
Katakanlah kepada
mereka sebelum terlambat.


Copied from Kaskus.us

Pengorbanan seorang Ibu



Posted 09-05-2008 at 05:00 PM by azhuramasda
Updated 14-05-2008 at 11:15 AM by azhuramasda

Alkisah di suatu desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang Ibu sering sekali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Adapun anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi,mengadu ayam, dan banyak lagi yang membuat si ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun begitupun ibu tua itu selalu berdoa kepada Tuhan, "Tuhan tolong Kau sadarkan anakku yang ku sayangi, supaya ia tidak berbuat dosa lebih banyak lagi. Aku sudah tua dan aku ingin menyaksikan dia bertobat, sebelum Aku mati".

Namun semakin lama si Anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk desa. Namun malang nasibnya akhirnya ia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan lewat. Kemudian dia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan di Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si Anak tersebut dijatuhi hukuman Pancung.

Pengumuman hukuman itu disebarkan ke seluruh desa. Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng di tengah balai kota berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai juga ke telinga si Ibu. Dia menangis, meratapi Anak yang sangat dikasihinya. Sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan.

"Tuhan, Ampunilah Anak Hamba.Biarlah HambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya." Dengan tertatih-tatih dia mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si Anak tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si Ibu kembali ke rumah . Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni.Karena kelelahan dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan ,rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang Algojo sudah siap dengan Pancungnya, dan si Anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis
menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan , lonceng di tengah balai kota belum juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatangi petugas yang membunyikan lonceng di di tengah balai kota. Dia Juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng tapi, suara dentangnya tidak ada. Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang di pegangnya mengalir darah, darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat di mana Lonceng diikat.

Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu. Tahukah Anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng besar itu ditemui tubuh si Ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk Bandul di dalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng . Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata . Sementara si Anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan.Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke Atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi di dalam lonceng,untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Copied from Kaskus.us

Kembalikan keranjang itu


Posted 09-05-2008 at 05:59 PM by azhuramasda
Suatu saat ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang
suami. Orang tua ini sangat rewel, cepat tersinggung, dan tak pernah
berhenti mengeluh. Akhirnya suami istri itu memutuskan untuk
mengenyahkannya.

Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya.
Ketika ia akan meninggalkan rumah, anak lelakinya yang baru berusia sepuluh
tahun muncul dan bertanya, "Ayah, kakek hendak dibawa kemana?"

Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa
belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam. Tapi pada waktu ayahnya sudah
berlalu, ia berteriak, "Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya."

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya mengapa. Anak itu
menjawab, "Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua."

Sang ayah segera membawa kembali sang kakek. Sejak saat itu mereka
memperhatikan kakek itu dengan penuh perhatian dan memenuhi semua
kebutuhannya.

"Hukuman" yang kita berikan pada orang lain, mungkin akan berbalik
pada diri kita sendiri.

(Anthony de Mello)

Copied from Kaskus.us

Delapan kebohongan seorang Ibu


Posted 14-05-2008 at 10:18 AM by azhuramasda
Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.


Copied from Kaskus.us

Renungan tentang Kasih Sayang Orang Tua


Originally Posted by andisalim
I LOVE U MOM , I LOVE U DAD..!!!

Waktu kamu berumur 1 tahun,
dia menyuapi dan memandikanmu ... sebagai balasannya ...
kau menangis sepanjang malam.

Waktu kamu berumur 2 tahun,
dia mengajarimu bagaimana cara berjalan...sebagai balasannya ...
kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun,
dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .. sebagai balasannya...
kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun,
dia memberimu pensil warna ... sebagai balasannya ..
kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

Waktu kamu berumur 5 tahun,
dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah..sebagai balasannya ...
kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun,
dia mengantarmu pergi ke sekolah ... sebagai balasannya ...
kamu berteriak "NGGAK MAU ...!"

Waktu berumur 7 tahun,
dia membelikanmu bola .... sebagai balasannya ...
kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun,
dia memberimu es krim ... sebagai balasannya...
kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun,
dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu .sebagai balasannya ...
kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun,
dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun ..
sebagai balasannya ....
kamu melompat
keluarmobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun,
dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop .. sebagai balasannya ...
kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun,
dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa ... sebagai balasannya ...
kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun,
dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya .sebagai balasannya..
kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun,
dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .. sebagai balasannya ...
kamu nggak pernah menelponnya.

Waktu kamu berumur 15 tahun,
pulang kerja dia ingin memelukmu ...sebagai balasannya ...
kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun,
dia mengajari kamu mengemudi mobil ...sebagai balasannya ...
kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun,
dia sedang menunggu telpon yang penting .. sebagai balasannya ...
kamu pakai telpon nonstop semalaman,

waktu kamu berumur 18 tahun,
dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA.. sebagai balasannya ...
kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun,
dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmuke kampus pada hari pertama ...
sebagai balasannya ...
kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen.

Waktu kamu berumur 20 tahun,
dia bertanya "Darimana saja seharian ini?".. sebagai balasannya ...
kamu menjawab "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."

Waktu kamu berumur 21 tahun,
dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu ... sebagai balasannya ...
kamu bilang "Aku nggak mau seperti kamu."

Waktu kamu berumur 22 tahun,
dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi .. sebagai balasanmu ...
kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun,
dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu ... sebagai balasannya ...
kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun,
dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan...
sebagai balasannya ..
kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."

Waktu kamu berumur 25 tahun,
dia membantumu membiayai pernikahanmu .. sebagai balasannya ...
kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Waktu kamu berumur 30 tahun,
dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu ... sebagai balasannya ...
kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."'

Waktu kamu berumur 40 tahun,
dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu ..
sebagai balasannya...
kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu."

Waktu kamu berumur 50 tahun,
dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu ... sebagai balasannya ...
kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya

dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang ... dan tiba-tiba kamu
teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, ... dan itu menghantam
HATIMU bagaikan pukulan godam

MAKA ..
JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA .. BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORA NG TUAMU SUDAH TIADA ... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU


Copied from Kaskus.us

Monday, March 2, 2009

Sadhana Guru Yoga


Sadhana Guru Yoga merupakan Sadhana Vajra Guru Yoga dari silsilah Padma Kumara Bodhisattva, karena Maha Mula Vajra Acarya dari aliran Satya Buddha adalah Maha Guru Lu, maka Beliau merupakan manifestasi dari Padma Kumara Bodhisattva. Para sadhaka Satya Buddha pada waktu melakukan Sadhana Catur Prayoga dan telah berhasil mencapai kontak batin, maka dapat melanjutkan ke tahap latihan Sadhana Guru Yoga.

Renungan dari Sadhana Guru Yoga adalah Maha Mula Vajra Acarya bersama para Buddha dan Bodhisattva di alam Dharma Dhatu menjadi sebuah satu kesatuan makro kosmos yang berasal dari badan jasmani, pikiran dan ucapan para Buddha dan Bodhisattva serta Dharmapala di sepuluh alam dari masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang, dan Maha Mula Vajra Acarya dianggap sebagai sumber manifestasi dari 84.000 jalan Dharma.
Setelah dapat melakukan kontak batin di dalam Sadhana Guru Yoga, maka baru dapat melanjutkan ke sadhana yang berikutnya yaitu Sadhana Yidam Yoga, karena sudah bisa dipastikan tingkat pencapaian spiritual sadhaka tersebut telah dianggap layak untuk berhubungan langsung dengan Yidam Buddhanya, inilah makna terpenting dari Sadhana Guru Yoga, yaitu sebagai filter batin.

Di dalam aliran esoteris, kedudukan seorang Maha Mula Vajra Acarya sangat diagungkan. Bagi para sadhaka yang akan melakukan latihan di dalam Tantrayana harus memiliki kesungguhan hati dan keyakinan kuat untuk menghormati Maha Mula Vajra Acaryanya, karena Tantrayana sangat menitik beratkan pada kekuatan Abhiseka yang diberikan oleh Maha Mula Vajra Acarya tersebut. Seandainya para sadhaka tidak menghormati Maha Mula Vajra Acaryanya bahkan menipu atau memfitnahnya, maka semua latihan esoteris yang dilakukan setiap hari akan kehilangan kekuatannya dan menjadi tidak berguna.

Melakukan latihan di dalam Sadhana Guru Yoga yang terdiri dari visualisasi, mudra dan mantera, semua memiliki silsilah yang nyata dari para Guru Akar. Bila ketiga rahasia telah menjadi satu, maka akan muncul kekuatan dari kontak batin yang telah terjadi, dimana hal tersebut tidak bisa digantikan oleh latihan esoteris lainnya karena akan terjadi kekeliruan silsilah dan hasil yang tidak baik serta akan kehilangan kekuatan Abhiseka dari Maha Mula Vajra Acarya.

Silsilah warisan ajaran Yang Arya Maha Vajradhara Lian Sheng Rinpoche Lu Sheng Yen berasal dari :
Vairocana Tathagata -> Buddhacaksu Buddhamatrka -> Padma Kumara Bodhisattva


Syarat Mendapatkan Yoga (Siang Ying)


Banyak penekun Tantrayana sudah lama menjalankan sadhana tetapi belum juga mencapai Yoga. Apakah hal demikian mungkin terjadi? Jika ditinjau lebih lanjut, hal ini mungkin saja terjadi.

Dharma yang benar
Yang pertama Anda harus tahu apakah Dharma (ajaran/ilmu) yang Anda tekuni itu adalah ajaran yang benar. Ini penting sekali. Jika ajaran yang Anda tekuni tidak jelas asal usulnya, ajaran ini tidak sepenuhnya benar, tidak mempunyai kebenaran para Buddha, tidak mempunyai tata cara ritus yang teratur. Bila demikian, sulit sekali mencapai Yoga. Jadi poin yang sangat penting ini adalah ajaran yang benar dan asli.

Sadhana yang benar
Point kedua, dalam bersadhana, anda harus menyelesaikan seluruh tata cara ritus yang telah ditetapkan. Perhatikan tata cara yang benar dan selesaikan dengan sempurna. Sempurna maksudnya tidak ada kepincangan dari awal hingga akhir. Umpamanya bila Anda dalam melaksanakan sekali puja bakti, namun hanya sampai setengah, memanjatkan sutra setengah-setengah, menjapa mantra setengah-setengah, seluruhnya setengah-setengah, jika demikian halnya, yoga takkan diperoleh. Jadi tata cara ritus penekunan Anda harus lengkap dan sempurna. Maka kesimpulannya sadhana Anda harus lengkap dan mulus, dari awal hingga akhir, demikian baru disebut sempurna. Hal ini penting untuk mendapatkan Yoga.

Menjalankan Sila
Hal yang ketiga, Anda harus menjalankan Sila dengan sungguh-sungguh, seperti 50 Bab Peraturan Terhadap Guru, dan 14 Pantangan dalam Tantrayana. Seorang penekun secara pribadi harus mampu menjalankan sila. Bila Anda tidak sanggup menjalankan Sila, Yoga takkan diperoleh. Jadi, selain Dharma yang benar, tata cara yang sempurna, Anda juga harus memegang teguh Sila dan menjalankannya. Jika Sila dipegang teguh dan dijalankan, Anda pasti mendapatkan Yoga.

Perlindungan Dharmapala
Point keempat, dalam menjalankan sadhana, harus diperlukan kehadiran Dewa Pelindung untuk melindungi Anda. Anda akan memperoleh Yoga bila terdapat kehadiran Dharmapala dimana melindungi Anda. Hal ini tak kalah pentingnya, hendaklah terdapat kehadiran Delapan Dewa Naga [Thien Lung Ba Pu] yang tak berwujud itu dimana melindungi Anda.

Bagaimanapun hal ini patut diperhatikan. Bila Anda dilindungi Delapan Dewa Naga, sudah mudah mencapai Yoga. Sebaliknya bila Delapan Dewa Naga tidak melindungi Anda, sadhana yang Anda jalankan adalah sia-sia, tak ada gunanya. Jadi point keempat yang perlu diperhatikan ini adalah Delapan Dewa Naga hendaknya melindungi Anda.

Membangkitkan Bodhicitta
Point kelima, bilamana Anda ingin mendapatkan Yoga, semestinya harus membangkitkan Bodhicitta, selanjutnya Anda mesti menyeberangkan makhluk hidup, bukan semata-mata menolong diri sendiri, masih harus menolong sanak saudara, masih harus menolong teman sendiri maupun teman seperguruan, bahkan sampai segala manusia yang tidak Anda kenal sekalipun, pembangkitan hati yang demikian sangat agung, itulah maha pembangkitan Bodhicitta. Maha Bodhicitta sudah ada, ketulusan hati Anda mendalam, demikianlah kelima persyaratan yang merupakan persyaratan memperoleh Yoga. Bila Anda mempunyai kelima persyaratan pencapaian Yoga ini, dijamin Anda akan mencapai Yoga. Tak boleh satupun yang kurang, misalnya pembangkitan hati Anda tidak cukup, ketulusan hati Anda tidak cukup, tata cara mesti sempurna, Sila harus dipegang teguh, Delapan Dewa Naga melindungi Anda, ketulusan Anda abadi dan mendalam, dan Anda membangkitkan Maha Bodhicitta adalah untuk menyeberangkan makhluk hidup, keenam persyaratan ini telah Anda penuhi, anda mudah mencapai Yoga. Bila kelima persyaratan ini tidak Anda penuhi, Anda berusaha keras dan memohon, kepala pun sudah dibenturkan sampai bocor, juga tidak bisa memperoleh Yoga.
Om.Mani Pemi.Hum

Dharmadesana Maha Gurucarya Lien Sheng
di Vihara Khasanah Vajra Pusat, Seattle, 7 Nov 1991


Amitabha,
Semoga bermanfaat


Yoga Mimpi 2

Sadhana menunjungi 53 Bodhisattva dan Guru dalam perjalanannya mencari kebenaran, tapi, akhirnya beliau masih harus berlatih. "Mendengarkan" Dharma tanpa berlatih, tidak akan menjadikan seseorang mencapai ke-Budhaan. Ananda mendengarkan dan mengingat lebih banyak ajaran-ajaran Dharma lebih daripada murid-murid Buddha Shakyamuni yang lainnya, tapi, meskipun beliau adalah pendamping Sang Budha yang terdekat, beliau tak mendapatkan Penerangan sampai setelah Buddha Shaykamuni memasuki Nirvana. Mendengarkan itu bukanya yang terpenting; bersadhana itulah yang terpenting.


Seorang sadhaka musti berlatih setiap harinya. Meskipun sadhaka mengetahui(prinsip-prinsipnya) bahwa siang hari itu sebuah illusi(juga malam hari), sadhaka musti berlatih untuk benar-benar menyadari "illusi" tersebut. Walaupun jikalau sadhaka berbicara tentang Dharma selama ribuan tahun, "kura tetaplah kura". Sadhaka mungkin memahami sepenuhnya teori agama Budha; namun, tanpa mempraktekan sadhana, "kura masih tetap kura". Benar-benar bersadhanalah yang terpenting.


Jika sadhaka tak mau mengerjakan pekerjaan rumahnya dan mempraktekan Dharma----bahkan jika sadhaka menembus sekecil-kecilnya peraturan agama Budha----sadhaka tak lebih baik daripada tukang jagal. Tukang jagal setidak-tidaknya dibayar untuk membunuh babi-babi. Usaha-usaha sadhaka tak lebih baik daripada hanya bepergian untuk membeli ice cream. Ice cream paling tidak dapat dinikmati kelezatanya. Omong kosong itu tak ada gunanya. Hanya mempraktekan sadhanalah yang bermanfaat untuk mencapai penerangan.


Kebanyakan Universitas Professor dan mahasiswa dari agama Budha menyatakan memahami agama Budha, tapi banyak dari mereka mempunyai kesehatan buruk. Bukanya mereka tak tahu akan sadhana, tidak menjalankan sadhana itulah sebabnya! Sangat disayangkan!

di kutip dari files TBSN



Yoga Mimpi 1

 
Seorang pelatih seharusnya dapat mengkontrol mimpi-mimpinya. Khususnya, dalam alam mimpi, seseorang harus mengkontrol sepenuhnya dan seharusnya berlatih. Dirinya seperti digambarkan dalam mimpinya seharusnya mempunyai aspirasi yang sama untuk mencapai penerangan. "Yoga Mimpi" semacam ini yang jarang ada dan berharaga ini adalah yang ke-tiga dari "Enam Yoga" Naropa dan Tilopa dalam agama Buddha Tantra.


Pada dasarnya, seorang sadhaka yang sejati menjalankan sadhana Dharma sehari-harinya. Selagi sadhaka bersadhana dengan tekun seharian. Dia biasanya bermimpi banyak pada malam hari. Sebenarnya, siang hari adalah sebuah mimpi, dan malam hari adalah sebuah mimpi juga. Perbedaanya hanyalah mimpi di siang hari lebih jelas daripada yang dimalam hari, yang mana biasanya lebih tak jelas dan kabur.


Seorang sadhaka mungkin dapat menjaga diri dengan baik di siang hari namun sangat dimungkinkan lepas diri selama bermimpi. Jika sadhaka dapat bersungguh-sungguh mengkontrol mimpi-mimpinya, namun jika demikian, sadhaka telah meraih hasil dari "Yoga Mimpi". Jika sadhaka tak dapat menjaga diri di siang hari, tak perlu membicarakan tentang mengkontrol mimpi-mimpi di malam hari. Jika sadhaka banyak melakukan kebodohan di siang hari, sadhaka hanya dapat membual lebih-lebih lagi di malam hari.


Dikarenakan sifat alamiahnya yang tak jelas, mimpi mudah sekali berkelana. Menurut Buddha Tantra Tibet, sebuah mimpi adalah hasil dari kesadaran tingkat delapan dan mungkin tersulut oleh aktivitas-aktivitasnya. Namun begitu, jika sadhaka ingin mencapai ke-budhaan, sadhaka musti mengubah kesadaran tingkat delapan menjadi kebijaksanaan, dan kemudian mengubah kebijaksanaan ke ke-budhaan. Jika seorang sadhaka tak dapat melepaskan dan mengubah kesadaran tingkat delapan, bagaimana mungkin dia dapat mencapai ke-budhaan? Dalam Buddha Tantra, ada sebuah sadhana yoga untuk mengkontrol mimpi-mimpi tersebut. Tapi tak adanya metoda ini dalam Sekolah Kitab-Kitab.


Mimpi-mimpi diatur oleh tiga kekuatan berikut ini: kekuatan dari bersandar dengan Guru dan Dewata Pribadi; kekuatan dari menggerakkan pernapasan dan chi (tenaga dalam); dan tenaga dari visualisasi sebelum tidur. Menurut Tantra Tibet, sebuah mimpi diatur oleh sebuah tempat di sekitar tenggorokan---"chakra tenggorokan". Pada prinsipnya, sadhaka harus pertama-tama sungguh-sungguh berdoa kepada Gurunya dan Dewata Pribadi untuk memberkati sebuah mimpi terang dan dapat terkontrol, sehingga sadhaka dapat mengubah kesadaran ke ke-budhaan. Doa dan pembhaktian ini seharusnya dilakukan sebelas kali. Mengapa sebelas kali? Mengapa tidak sepuluh atau duabelas? Ini adalah sebuah ketentuan berdasarkan maksud-maksud yang tak jelas. Ketika guru saya memberikan ajaran ini kepada saya, beliau berkata, "Kamu harus melakukan doa sebelas kali sebelum tidur." Sebelas doa dibutuhkan untuk memohon pemberkatan dari para Buddha dan Bodhisattva untuk memperkuat dan meningkatkan kecerdasan, kemurnian, dan kontrol-diri mimpi.


Sebelum tidur, sadhaka seharusnya membikin "Postur Agung" yang mana postur Buddha Tidur: berbaring menyisi, menghadap ke arah kanan, dengan jantung menghadap posisi atas tempat tidur. Sadhaka juga musti membentuk mudra, dengan jempol kanan dan jari telunjuk kanan menyentuh sedikit daerah tenggorokan, dan tangan kiri di hadapan hidung untuk merasakan pernapasan. Sadhaka kemudian melakukan satu siklus pernapasan penuh, perlahan-lahan dan penuh menghirup; kemudian pelan-pelan dan penuh menghembus. Ini adalah mudra "Yoga Mimpi". Sadhaka tidak boleh menekan daerah cakra tenggorokan terlalu keras, namun, tekanan sedikit dan lembut sudah cukup.


Setelah sadhaka melakukan sirkulasi pernapasan sebanyak sepuluh kali, sadhaka musti menvisualisasikan cakra tenggorokan sadhaka memancarkan sinar merah, yang mana membentuk sebuah canopi membungkus seluruh tubuh sadhaka, yang mana memungkinkan sebuah mimpi yang murni dan jelas. Banyak orang-orang melakukan berbagai hal dalam mimpi mereka yang mana mereka tak berani melakukannya di siang hari. Jika nafsu seseorang masih ada, mimpi ini akan disalurkan dan terwujud ke-alam mimpinya. Sinar merah itu membungkus sadhaka sepenuhnya, menandakan bahwa sadhaka beristrirahat dalam kondisi sinar suci. Ini adalah sebuah visualisasi untuk menetapkan batas suci dan membuat Perisai Pelindung Diri. Ini adalah mudra dan visualisasinya. Tak ada mantera yang berkaitan dengannya, meskipun sadhaka boleh menjapa mantra lainnya sampai sadhaka tertidur. Sadhaka musti berdoa kepada Buddha dan Bodhisattva untuk memberkati sadhaka sebuah mimpi yang jelas dan terkontrol, sehingga sadhaka akan dapat merubah alam mimpian menjadi alam Buddha.


Yoga Mimpi terdiri dari tiga kekuatan: pemberkatan dari Gurunya dan Dewaa Pribadi; penggunaan napas dan chi; dan visualisasi sinar merah batas Dharma. Sadhaka harus melaksanakan sadhana sampai sadhaka menghasilkan sebuah mimpi yang jelas, masih teringat akan mimpi sekecil-kecilnya pada saat bangun. Jika sadhaka jelas-jelas teringat akan mimpi yang sampai sekecil-kecilnya, tapi mimpinya itu tak masuk akal, ini sebenarnya lebih buruk daipada tak bermimpi sama sekali. Ini menandakan ketidak sempurnaan sadhana Yoga Mimpi. Seorang ahli harus dapat mengkontrol diri penuh baik siang maupun malam, dan sepenuhnya sadar akan kegiatan-kegiatan kesadaran tingkat delapan. Hanya dengan demikian sadhaka dapat menyatakan mempunyai sebuah mimpi yang jelas. Jika seorang sadhaka dapat bersadhana, menjapa, dan bervisualisasi, dan kemudian berubah menjadi Dewata Pribadi dalam mimpinya, dia telah meraih sebuah pencapain mimpi, yang mana lebih jempol daripada bersadhana di siang hari. Betapa hebatnya! Orang lain hanya dapat bersadhana 12 jam sehari, namun dia dapat bersadhana sepenuh hari dan sepanjang malam, 24 jam total, tanpa membuang sedetikpun. Bersadhana Yoga Mimpi adalah sebuah metoda yang lebih cepat untuk meraih penerangan daripada hanya bersadhana di siang hari.


Selama sadhana Yoga Mimpi, sadhaka tidak boleh menutup kedua hidung penuh, dimana mudra hanya bermaksud mengingatkan kita untuk melakukan satu pernapasan penuh. Sadhaka musti menghirup dan menghembus perlahan-lahan. Tangan kiri menekan sedikit pada daerah tenggorokan dimaksudkan untuk mengkontrol kesadaran. Dikarenakan kebanyakan orang kehilangan kontrol mudahnya, sadhaka bisa jadi sedih, terisak-isak, atau gusar dalam waktu yang singkat. Emosi manusia naik-turun tajam sekali--- orang-orang mungkin gembira pada satu saat, namun bergelisah di saat berikutnya. Makadari itu, sadhaka harus mengkontrol pernapasan dengan menekan sedikit pada daerah tenggorokan. Sadhaka kemudian boleh menjapa mantra hati dewata sampai tertidur. Jikalau sadhaka memasuki alam mimpi, dimana terletak di daerah kesadaran ke-delapan, sadhaka seharusnya dapat melanjutkan sadhana Dharma.


Mendapatkan ke-tiga kekuatan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Disaat berdoa kepada dewata, kesadaran akan diberikan; ketika melakukan pernapasan penuh, sadhaka dapat mengatur pernapasanya; dan ketika tidur dalam sinar murni, mimpi jernih dan kemampuan untuk mengkontrol akan memungkinkan sadhaka untuk mencapai ke-Budhaan dalam waktu singkat. Ini adalah Yoga Mimpi.


Jika sadhaka selalu mempunyai mimpi-mimpi yang tak jelas dan melakukan pelanggaran-pelanggaran dalam mimpinya, sadhana dari sadhaka akan terbuang dengan sia-sia. Pada siang hari, sadhana mungkin bersadhana dengan penuh disiplin, ketika malam tiba melakukan pelanggaran-pelanggaran. Karma buruk yang dilakukan pada malam hari membuyarkan karma baik dari bersadhana pada siang hari. Bagaimana mungkin sadhaka dapat memperoleh ke-Budhaan? Meskipun sekolah-sekolah kitab tak mempunyai Yoga Mimpi, mereka mempunyai "Tidur Posisi Berdiri". Tidur dalam posisi berdiri dimaksudkan sebagai pengingat untuk mencegah menuruti suka hati dan kenikmatan. Maka dari itu, fungsinya adalah untuk memperingatkan sadhaka, sadar akan tindak-tanduknya dalam keadaan bermimpi. Namun, harus diketahui bahwa Buddha Shakyamuni membentuk Posisi Agung ketika tidur, jadi mengapa kita tidur dalam posisi berdiri? Tak pernah disebut "Tidur Posisi Berdiri" dalam ajaran Sang Budha. Maksud dari tidur pada posisi berdiri adalah untuk melarang seseorang dari kecenderungan menuruti kemauan hati dan yang berlebih-lebihan, dan mengawasi segala kemungkinan melakukan pelanggaran-pelanggaran.


Inilah sebabnya Yoga Mimpi ada dalam Budha Tantra. Cukuplah berat untuk meraih ke-Budhaan tanpa mempraktekan Enam Yoga Naropa. Namun hanya sedikit orang yang dapat berhasil dalam Enam Yoga. Jaman ini, orang-orang pada bermalas-malasan dan ingin menemukan jalan yang termudah, seakan-akan mendapatkan penerangan hanya dengan "satu pencet". Tidak ada hal semacam itu di dunia. Jika hanya "satu pencet" dapat memperoleh Penerangan, Buddha Shakyamuni tak perlu bekerja-keras untuk mencapai ke-Budhaan.


Jika ada orang yang menyatakan bahwa metodanya yang tercepat, ini sangatlah diragukan. Saya sendiri telah berlatih selama sepuluh tahun, dan Buddha Shakyamuni berlatih selama enam tahun---enam tahun bertapa di Gunung Salju. Sebenarnya beliau berlatih lebih dari enam tahun, sebelum itu beliau mesti bepergian ke banyak tempat. Buddha Shakyamuni mempunyai kekuatan dan kebijaksanaan yang agung, tapi beliau harus masih bersusah payah. Orang-orang jaman sekarang tak boleh bermalas-malasan, dan harus terus berlatih setiap harinya. Jika sadhaka berlatih dengan rajin, sadhaka akhirnya akan berhasil. Jangan tergesa-gesa; cepat-cepat itu tak ada gunanya.



Maharahasia Dewatayoga

Lien Sheng : Rahasia Terdalam Satyabuddha? /Maret 1986 (63:11)

Prinsip utama Tantrayana adalah "Anda adalah Buddha".

Dengan kata lain "Anda adalah Adhidewa (Yidam)".

Saya memberitahu kalian kunci yang maha penting:

"Bila Anda memilih Buddha Amitabha sebagai Yidam, maka Anda adalah Buddha Amitabha. Bila Anda memilih Bodhisatwa Awalokiteswara sebagai Yidam, maka Anda adalah Bodhisatwa Awalokiteswara. Bila Anda memilih Bodhisatwa Ksitigarbha sebagai Yidam, maka Anda adalah Bodhisatwa Ksitigarbha. Bila Anda memilih Bhagawati Cundi sebagai Yidam, maka Anda adalah Bhagawati Cundi. Bila Anda memilih Jambhala sebagai Yidam, maka Anda adalah Dewa Waisrawana (Kuwera). Bila Anda memilih Guru Padmasambhawa sebagai Yidam, maka Anda adalah Guru Padmasambhawa. Bila Anda memilih Tathagata Bhaisajyaguru sebagai Yidam, maka Anda adalah Tathagata Bhaisajyaguru. Bila Anda memilih Padmakumara sebagai Yidam, maka Anda adalah Padmakumara."

Inilah Delapan Yidam Utama kita.

Sadhana Wajrayoga Padmakumara juga merupakan salah satu dari Dewatayoga.

Dengan terus terang saya memberitahu kalian, mempelajari Buddhadharma adalah untuk mencapai kebuddhaan. Berlatih Dewatayoga bertujuan untuk menjadi Yidam.

Oleh karena itu prinsip utama Tantrayana adalah : "Anda adalah Buddha".

Harus diketahui bahwa dalam Tantrayana, Dewatayoga adalah inti dari semua sadhana. Yidam setiap orang hanya satu, tidak boleh dua atau tiga.

Seumur hidup, seorang Tantrika hanya boleh mengkhususkan diri dalam sadhana Dewatayoga satu Yidam, berusaha keras manunggal dengan Yidam, barulah dapat menjelma menjadi Yidam.

Dewatayoga tidak boleh diganti sepanjang usia. Saya beranggapan, "Dewatayoga adalah sadhana yang harus dipraktekkan terus seumur hidup, dilatih setiap hari. Sadhana yang lain hanya dilakukan pada saat perlu saja, hanya berupa sadhana penyokong. Misalnya Sadhana Karman, Sadhana Widyaraja dan sebagainya, semuanya hanya bersifat penyokong atau pendamping saja."

Ada orang bertanya kepada saya, bila hanya berlatih satu Yidam saja apakah dapat mengadakan kontak dengan Buddha dan Bodhisatwa yang lain?

Saya menjawab, "Asal antara Anda dan Yidam sudah terjadi kontak (yoga) maka Buddha dan Bodhisatwa yang lain pun akan bereaksi serupa. Ini adalah prinsip : satu dharma ditembusi, seribu dharma akan lancar sendiri."

Dewasa ini, ada orang setelah mengikuti sadhana bersama, membawa pulang "Buku Sadhana Bersama", lalu di rumah ikut-ikutan bergonta-ganti Yidam setiap hari. Hari ini berlatih Sadhana Amitabha, besok berlatih Sadhana Awalokiteswara, lusa berlatih Sadhana Cundi. Cara berlatih demikian tidak benar. Kita di rumah hanya boleh berkonsentrasi terhadap satu Dewatayoga.

Dewatayoga diri sendiri harus dilatih setiap hari di rumah. Sadhana bersama yang dilakukan di wihara yang setiap minggu mengganti Yidam, hanyalah suatu latihan penekanan, hanya suatu latihan penopang, suatu latihan yang mengandalkan kekuatan bersama. Karena Yidam masing-masing orang berlainan sehingga dalam sadhana bersama barulah Yidam digonta-ganti setiap minggu.

Saya mengetahui dalam suatu sekte di Nyingmapa, setiap siswa puteranya mengambil Guru Padmasambhawa sebagai Yidam. Sedangkan setiap siswa puterinya menjadikan Dewi Tara sebagai Yidam. Tiada Yidam lain di luar kedua Yidam ini. Ketentuan demikian sekilas amat kaku namun dapat mempersatukan pikiran masing-masing pribadi.

Dalam aliran kita ada delapan jenis Dewatayoga, ini sudah termasuk cukup longgar, semata-mata demi kemaslahatan aneka macam manusia.

Ada sadhaka bertanya, bila sudah mencapai yoga dalam Dewatayoga, kemudian dilanjuti dengan Sadhana Widyaraja, apakah latihan Dewatayoga tersebut sudah boleh dihentikan? Saya menjawab, "Meskipun sudah mencapai yoga dalam Dewatayoga, meskipun sudah berlatih Sadhana Widyaraja, tetap harus setiap hari berlatih Dewatayoga. Sadhana Widyaraja hanyalah sadhana penyokong saja. Sepanjang usia, Dewatayoga tak boleh dibuang. Camkanlah baik-baik!"

Harus diketahui bahwa bila Anda sudah kontak (yoga) dengan Yidam, berarti Anda adalah Yidam, Yidam adalah Anda; dengan kata lain kaya-wak-citta (badan-ucapan-pikiran) Anda adalah kaya-wak-citta dari Yidam. Ini harus disadari setiap saat.

Penalarannya pun dapat dirunut demikian :

Rumah adalah wihara Yidam.
Orang tua dan sanak saudara adalah kerabat Yidam.
Ucapan adalah mantra dan dharmawacana yang diucapkan Yidam.
Pikiran adalah pikiran Yidam.
Tanah air api angin dan angkasa adalah unsur kualitas Yidam.
Semua sikap adalah mudra Yidam, sesuai dengan tingkah laku Yidam.
Akibatnya adalah setiap hari berperilaku seperti Yidam. Bila terus menerus dilatih demikian, terus menerus dibayangkan demikian, lama kelamaan antara Anda dan Yidam sudah tak terpisahkan lagi, sudah membaur, sudah manunggal dalam pikiran yang terpusat. Keadaan demikian adalah setiap perilaku sama persis dengan perilaku Yidam. "Meniru Yidam" berakhir dengan "menjadi Yidam". Ini merupakan cara teraman dan tercepat, cara paling efektif untuk mencapai kebuddhaan.

Pikiran utama dari sadhaka selalu "Yidam adalah saya".

Banyak sekali siswa bertanya siapakah Yidam mereka? Harus dipahami bahwa siswa yang berguru makin hari makin banyak, sudah mendekati seratus ribu. Bila setiap orang bertanya siapa Yidam mereka, coba bayangkan, serepot apa saya jadinya.

Pemilihan Yidam, sepenuhnya menuruti karakter masing-masing sadhaka. Dengan kata lain disesuaikan dengan sifat masing-masing pribadi. Atau ditentukan melalui "janji" atau nazar diri sendiri. Yang terpenting adalah memilih Yidam yang paling disukai, yang paling cocok.

Saya beranggapan, setiap Tantrika sebenarnya dapat memilih sendiri Yidamnya, disesuaikan dengan karakter, sifat, nazar, kecocokan. Kita tidak usah lagi menggunakan cara "pelontaran bunga" atau "pengundian" untuk memutuskannya. Karena bila Yidam dipilih sendiri, bila Yidam ditentukan sendiri barulah memiliki makna yang amat dalam.

Delapan Yidam dalam aliran kita bersama nazarnya adalah sebagai berikut :

Amitabha - menolong dewa dan manusia, yang cerdas maupun yang dungu; memiliki 48 nazar, semuanya demi penolongan makhluk hidup.
Awalokiteswara - memiliki sifat yang penuh welas asih, bebas leluasa namun memperhatikan (iswara dan awalokita).
Ksitigarbha - bersemayam di neraka, khusus menolong makhluk sengsara, memiliki tekad yang kuat.
Cundi - batin bersifat suci murni, mampu membereskan segala urusan.
Jambhala - memiliki sifat melindungi Dharma, Widyaraja pelindung, penuh dengan rezeki.
Padmasambhawa - memiliki sifat seorang Bodhisatwa, juga memiliki sifat seorang Wajrakrodha, wali pengajar.
Bhaisajyaguru - memiliki 12 nazar, menolong yang sakit dan semua yang menderita dalam alam samsara.
Padmakumara - negeri suci di Mahapadminiyugma (Pasangan Kolam-Teratai Besar), memiliki rejeki besar dan kebijaksanaan tinggi.
Kedelapan Yidam ini dapat dipilih sesuai dengan sifat dan nazar Tantrika sendiri, dapat dipilih yang paling cocok dengan diri sendiri.

Bila masih tetap bingung, belum tahu bagaimana menentukan Yidam barulah menyurati saya. Ingat, bila ingin menanyai saya, paling baik langsung bertatap muka atau mengirim foto termutakhir agar dapat diamati saya kemudian dipilihkan Yidam yang lebih sesuai agar mencapai yoga dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Sebuah syair untuk memuji Yidam :

Rasa samadhi dapat diselami dalam sepak terjang,
Yidam bukanlah makhluk di luar jasmani.
Wangi batin pun merupakan wangi Yidam,
Mengangkasa menjelma kota suci.



23 Questions and Answers on the True Buddha School

 --------------------------------------------------------------------------------

(1) What is the True Buddha School?

The True Buddha School is a school for spiritual cultivation, founded by Living Buddha Lian-shen. It is calls the True Buddha School because it offers a True Transmission and Practice of an authentic Tantric Dharma which can truly lead one to Buddhahood. All students who have taken refuge in the True Buddha School must practice the True Buddha Tantric Dharma. The True Buddha Tantric Dharma is a Mahayana practice which, by directly visualizing oneself and Buddha as "One" and, through the cultivation of the purification of body, mind, and speech, can enable an ordinary, worldly person to directly arrive at realm of Buddhahood.

(2) How does the True Buddha School differ from other esoteric schools?

True Buddha School teaches a unique Yoga Practice, Padmakumara (Lotus Bodhisattva) Vajra Yoga, which enables the practitioner to arrive at the Guru's "siddhi" of the Maha Twin Lotus Ponds, an inconceivable Buddha Pure Land manifested by the Buddha Locana. Other esoteric schools differ in that their "siddhis" or "accomplishments" are different.

(3) What are the roots of the True Buddha Tantric Dharma?

An infinite number of kalpas ago, the First Buddha in the Center, Mahavairocana, transformed into Buddha Locana (the Non-Evil Eyes Tathagata) whose two eyes became manifested as a Pure Land, the Maha Twin Lotus Ponds. Residing in the Maha Twin Lotus Ponds are the eighteen Padmakumaras (Lotus Bodhisattvas), among whom the White Padmakumara is the Chief. After an experience of traveling to the Maha Twin Lotus Ponds, Living Buddha Lian-shen realized that he is an emanation of the White Padmakumara and has incarnated in the human realm to fulfill his vows of liberating the sentient beings. Living Buddha Lian-shen also received [during his meditational practice] Buddha Shakyamuni's empowerment and prophecy [of Buddhahood] and was bestowed a Red Crown by Bodhisattva Maitreya. Living Buddha Lian-shen was entrusted by Amitabha Buddha with the mission to lead sentient beings to the Maha Twin Lotus Ponds, and was taught by Padmasambhava [while in meditation] various Tantric Practices. Seeing that the foundations of sentient beings vary greatly, Living Buddha Lian-shen employs many skillful means, using teachings from Taoism, and Sutric and Tantric Buddhism, to lead different sentient beings to take refuge in the Dharma that will liberate them. This is a universal pathway that does not forsake any sentient being. Thus True Buddha Tantric Dharma is the Dharma transmitted in the human realm by White Padmakumara of the Maha Twin Lotus Ponds.

(4) How can one ascertain that the True Buddha Tantric Dharma is a "True" Dharma?

Living Buddha Lian-shen has proclaimed openly that he is willing to risk his life, even if he had to subject himself to pulverization, in order to lead sentient beings to liberation -- this is a True Vow to liberate sentient beings. The number of books published by Living Buddha Lian-shen has reached one hundred and thirteen. These books contain the record of Living Buddha Lian-shen's authentic experiences, from his first initiation into Taoism to later Buddhism -- this is a True Record. Living Buddha Lian-shen shares openly with sentient beings, without holding anything back, what he himself has learned in spiritual cultivation -- this is a True Revelation of the secrets. The manifestation of Living Buddha Lian-shen's transcendental power and his self-mastery, as demonstrated by the occurrence of numerous miracles and the conquering of evil forces, is evidence of his possession of True Wisdom as well as True Subjugation Power. The propagation of the True Buddha Tantric Dharma to bring many sentient beings to Enlightenment illustrates its True Efficacy.

(5) How should a True Buddha practitioner serve one's Root Guru?

A True Buddha practitioner should observe the Fifty Stanzas of Guru Devotion and have great faith in the Root Guru. One should treat the Root Guru as a Buddha and life-long refuge. Since the Root Guru is the Consciousness of all Buddhas, if a refuge student has no faith in the Root Guru, or even opposes the Root Guru, then the student will not be able to receive any spiritual response. Such a student does not merely lose the merits that were bestowed upon him or her at the Initiation Empowerment by the Root Guru, he or she also becomes disconnected from the empowerment of all past lineage holders. A refuge student who ceases to be faithful to the Root Guru is actually worse off than someone who has not taken refuge.

(6) Of which Buddha or Bodhisattva is Living Buddha Lian-shen an emanation?

Living Buddha Lian-shen has revealed straight-forwardly that he is an emanation of Padmakumara (Lotus Bodhisattva). Actually, the body of Living Buddha Lian-shen is that of Buddha Amitabha, his speech that of Bodhisattva Maitreya, his mind that of Buddha Shakyamuni, and his hands those of Vajrapani. Therefore, as Padmasambhava had predicted, Living Buddha Lian-shen is the Vajra Emanation of the Body, Mind, and Speech of all Buddhas and Bodhisattvas. Any offering made to Living Buddha Lian-shen is being made to his Three Bodies (the Dharma Body, the Bliss Body, and the Transformation Body), and there is no difference between such merits and merits acquired from making offerings to ten thousand billion Buddhas.

(7) How does one visualize the past lineage holders?

Living Buddha Lian-shen has altogether five human Tantric gurus and has received teachings and empowerments from the Tibetan Tantric schools of Nyingmapa, Gelugpa, Kagyupa, and Sakyapa. However, the most direct teachings he has received are the Tantric Dharma Practices transmitted to him by Padmasambhava. Therefore, a practitioner can do the following direct visualization of the past lineage holders: sitting right above the Root Guru is Padmasambhava and, successively above, are Vajrapani, Buddha Shakyamuni, and Buddha Vairocana.

(8) Among the many True Buddha Tantric Practices, which ones can be empowered remotely?

The Empowerments for Initiation, Four Preliminary Practices, Padmakumara Vajra Yoga, Personal Deity Yoga, and Karma Yoga can be obtained,through remote empowerment. However, once one progresses to the stage of Dharma Protector (or Wrathful Deity) Yoga, one needs to meet with the Guru personally to receive the empowerments and the special teachings, since each one of the Five Great Dharma Protector Practices requires a high level of secret skills and special visualization. The rituals and visualization covered in the Highest Tantra involve such a great number of details that one must definitely meet personally with the Guru to receive the empowerment and teachings.

If, after one receives the Initiation Empowerment, one does not follow the proper sequence in the course of practice and, before a sound foundation is built, eagerly attempts the higher practices, there will be many setbacks. If the practitioner pursues his goal single-mindedly, the setbacks might be considerably less. However, if the practitioner is not focused in his spiritual pursuit, and also not well advised on the special rituals and offerings required, the attempt can be very dangerous. The Dharma Protectors or Wrathful Deities will consider improper any attempts before the obtaining of an empowerment and will, therefore, cause accidents and misfortunes to happen to the practitioner.

(9) What precepts should one observe after taking refuge in Living Buddha Lian-shen and in the True Buddha School?

As a True Buddha practitioner, one must observe the Five Precepts and the Ten Wholesome Acts of the sutrayana schools. In addition, one should observe the Fifty Stanzas of Guru devotion and the Fourteen Root Tantric Vows. Practitioners who have accepted the Bodhisattva Vows should observe the Vows. There are also the Great Tantric Buddhist Vows which are insurpassable! The aim of these vows is to help one turn away from evils, perform good deeds, and develop the "unperturbed mind" which is a prerequisite for entering into the "inconceivable" realm of the Buddhas. As a part of the traditional, graduated course of training, precepts are not merely theories, they have to be put into practice and will become powerful tools in meditation. Thus a True Buddha practitioner must observe the precepts.

(10) What are Living Buddha Lian-shen's future plans?

My life may be more or less divided into four phases:

(i) The Dharma Learning Phase - this period extends from the time of my birth, through the first spiritual encounter, to my initiation into the study of Taoism, and Sutric and Tantric Buddhism.

(ii) The Dharma Propagation Phase - after Self Realization and Perfect Enlightenment, I started propagating the True Buddha Tantric Dharma, which is an integration of the essences of Taoism, and Sutric and Tantric Buddhism.

(iii) The Wandering Phase - I travel alone around the world to teach the Dharma to anyone who has an affinity with it.

(iv) The Retreat Phase - I shall depart from everything in the world and enter into Nirvana, which is the "Realm of Stillness and Tranquility." This is the ultimate path for all spiritual cultivators.

I know I have acquired the Great Spiritual Power that can liberate sentient beings. I have learned all this-worldly and other-worldly Dharmas, and penetrated the knowledge of Taoism, and Sutric and Tantric Buddhism. I have merged with the Great Wisdom of the Universe's Consciousness, attained the Vajra Indestructible Body, and possessed the Great Transcendental Power.

However, the boundless merits of spiritual cultivation do not reside in the gain of worldly profit and reputation. Therefore, one has to rupture fame and profit by resigning and retreating and, ultimately, returning to a state of owning nothing. This is my future plan.

(11) What should one do if one has trouble in producing a clear visualization?

Many students have asked this question. Since the thoughts of humans run like wild horses and are not easily quieted, unclear visualization often results. The best suggestion for the beginning student is to carry around a photograph of the Guru, or of the Buddhas or Bodhisattvas, so that he or she can often look at the photograph and have the image impressed in the mind. By constantly impressing the photographic image on the mind, one will, over time, develop the ability to do clear visualization. This involves studying with effort the Guru's or Buddha's eyes, ears, nose, mouth, and the whole face. One will eventually succeed if one practices assiduously.

(12) Can an uninitiated person chant the mantras and do the practices taught by Living Buddha Lian-shen?

Many people have asked this question. Many people also have asked if a person who has not taken refuge is allowed to participate in our school's group cultivation sessions. My reply to these questions is "yes." People who have not taken refuge or received the Initiation Empowerment may practice the Dharmas taught by Living Buddha Lian-shen and join our group cultivations.

However, such practices bring relatively fewer merits to people who have not taken refuge, as they are like students who just attend and are not enrolled in class. The most important element lacking in these people is the Blessing from the lineage holders, which brings great merits. Students who have taken refuge have formally enrolled in the course and will automatically receive great blessings from the past lineage holders.

If one is interested in practicing the True Buddha Tantric Dharma and in joining the group cultivation, why would one not take refuge and receive the Initiation Empowerment?

(13) Which one is better for chanting -- the long version or short version of the Guru's Heart Mantra?

Many people also have asked this question. My answer is: if one has plenty of time, one may chant the long version and, if one has less time available, one may chant the short version. Both versions produce the same amount of merits; there is no difference. The long version of Living Buddha Lian-shen's Heart Mantra includes the Six Realms of Beings. However, the Six Realms of Beings are also implicitly present in the short version.

(14) What can one do to attain responses in this-worldly Dharma practices?

The most important element is not to have any doubts. If one harbors doubts about the Dharma one is practicing, one's wishes will not materialize. In the practice of this-worldly Dharmas, one must have sincerity and devotion. If one is not sincere in one's supplications, how can one expect them to become manifested? This is a principle that can be easily understood. Within our True Buddha Tantric Dharma are many practices that one can do, to pray for children, health, blessings, wealth, status, purification, subjugation, and magnetization. These practices are greatly effective as long as one is focused in mind and sincere in heart. A sincere heart can move heaven and earth.

(15) What are the qualifications of a True Buddha School acharya or master?

Strictly speaking, a True Buddha School acharya or master should have the following qualifications:

(i) Be well-versed in all Buddhist classics and scriptures.

(ii) Have knowledge of the whole course of the True Buddha Tantric Dharma Practice, know its liturgies, and understand all practices up to and including the Highest Tantra.

(iii) Be able to enter into Samadhi and merge with the Ocean of Consciousness of Vairocana.

(iv) Be able to unite with and transmute into one's Personal Deity.

(v) Generate the Bodhicitta to liberate all sentient beings.

(16) Is it necessary to become a vegetarian in order to practice the True Buddha Tantric Dharma?

There is no rule that one must be a vegetarian in order to practice this Dharma. One can follow one's own instinct in making that decision. Both vegetarianism and meat-eating are acceptable, as it is the consciousness behind the behavior that is most important. A Buddhist should not grasp too tightly onto a doctrine, as this can create an impediment in many ways. In order to bring a wider liberation to more sentient beings, the True Buddha Tantric Dharma does not insist on one being a vegetarian but instructs that, if one chooses to be a meat-eater, one should chant the Rebirth Mantra or the Bodhisattva Manjusri Rebirth Mantra to deliver the animal before one consumes it. This way, hindrances will be lessened and all endeavors will be smoother.

(17) Please comment on the necessity of setting up a shrine and the employment of Tantric implements.

To practice Tantra, one must have a shrine as well as some Tantric implements to aid in the practice. Enshrined at the altar are images of one's Personal Deity, Buddhas, Bodhisattvas, one's Root Guru, various Deities, and Dharma Protectors. One should have at the least a vajra and a bell as implements and, beyond that, whatever is required and afforded for any particular practice. For example, if one desires to practice any one of the Five Great Yogas of Purification, Enhancement, Love, Magnetization, or Subjugation, one must possess mala beads of a color that corresponds to that particular Yoga. These are part of the Tantric rules.

However, I understand that some students have the desire to practice the True Buddha Tantric Dharma, but are unable to set up an altar in their homes or to afford the requisite implements. Therefore, I teach them to visualize the shrine, the offerings, and the implements. This is an allowance made for those students who do not have any other recourse.

Anyone who is capable and can afford an altar and the implements must acquire them. Visualization is only used when there is no other option.

(18) What is the Ultimate Dharma?

The True Buddha Tantric Dharma is the Ultimate Dharma. Like a priceless Dharma vessel, the True Buddha Tantric Dharma carries us across the river of Life and Death to the other shore where there is Liberation. An Ultimate Dharma is a Dharma that can transport one directly to the other shore. As a human being, one's spiritual cultivation completely determines whether one will, in the future, ascend or descend through the various realms in the Universe. This Ultimate Dharma is, therefore, the most critical element in one's life and it cannot be emphasized enough how important it is to turn one's mind single-mindedly to this Dharma.

(19) How can one acquire the Faculty of Divine Eyesight?

This question has been asked by many people. I personally feel that this Faculty can only be acquired by someone who already has accumulated sufficient amounts of merits and wisdom. The Faculty of Divine Eyesight results after the purification of the mind, because the Buddhas and Bodhisattvas allow themselves to be directly seen only by someone whose mind is pure. Therefore, if one wants to acquire the Faculty of Divine Eyesight, one must first carry out the basic requirements of "repentance" and "accumulating of merits and wisdom." When the dual impediments of attachment to klesa (troubles) and knowledge are removed, one will automatically attain the Faculty of Divine Eyesight.

(20) What are the prerequisites for practicing the True Buddha Tantric Dharma?

To truly learn the True Buddha Tantric Dharma, one must first take refuge in a qualified Root Guru. Afterwards, one should follow the teachings of the Root Guru and practice the Dharma single-mindedly, without any distraction. One must not have any fear in overcoming the hardships involved in the practice of the Dharma. One has to forsake all worldly fame and profit. All this is done in accordance with the ways taught by the Root Guru. One first has to have faith, then one will acquire the Great Wisdom and arrive at the Ultimate Shore.

(21) How important are the key teachings contained in the text, True Buddha Dharma: The Inner Commentary?

All the key teachings in the True Buddha Dharma: The Inner Commentary are culled from the Guru's own experiences of spiritual cultivation to Enlightenment; therefore, a True Buddha practitioner should always bear these important keys in mind. If one learns from these key teachings and cultivates the Dharma firmly and persistently, one will definitely be able to experience the extraordinarily wonderful expansion of awareness and perceptions and arrive at a higher level of spiritual maturity and realization. These key teachings are the root secrets of the Guru's own Enlightenment and one should never forget them.

(22) As a spiritual cultivator, how can one keep pure one's motivations in cultivation?

One must never be too rigid and stick inflexibly to one's own view, as such an attitude will create opportunities for the negative forces to take advantage of one. One should rely upon one's own judgment and not be taken in too easily by other people's words. People of little faith are easily influenced by others. If one has faith in one's Root Guru, then all kinds of merits will be generated.

(23) After obtaining an understanding of the True Buddha School and the significance of the True Buddha Tantric Dharma, if one wants to take refuge in the True Buddha School and become a disciple of Living Buddha Lian-shen, what should one do?

To take refuge in Living Buddha Lian-shen and become a student of the True Buddha School, there are two courses:

(i) In person - Make an appointment ahead of time to visit the True Buddha Tantric Quarter in Redmond, Washington, USA to receive direct Initiation Empowerment from the Living Buddha Lian-shen.

(ii) By writing - It is often not possible for someone who lives far away to come in person to take refuge. Those students who desire to take refuge can, on the first or fifteenth of any lunar month, at 7:00 a.m., while facing the direction of the rising sun, recite three times the Fourfold Refuge Mantra: "Namo Guru bei, namo Buddha ye, namo Dharma ye, namo Sangha ye" and prostrate three times.

On the first or fifteenth of every lunar month, at the True Buddha Tantric Quarter, Living Buddha Lian-shen performs a ceremony of "Remote Initiation Empowerment" - to give empowerment to all the students who could not journey in person.

A student who takes refuge from a distance, after performing the rites at home, only needs to send a letter to the True Buddha Tantric Quarter stating that he or she is seeking refuge, together with his/her name, address, age, and a small fee for making offerings to the Buddhas. Upon receiving the letter, Living Buddha Lian-shen will send a certificate, a picture of the Guru, and a note stating the level of practice at he/she should start. The address of the True Buddha Tantric Quarter is:

Sheng-yen Lu

17102 NE 40th Ct.

Redmond, WA 98052, USA



Belajar Agama Buddha Belajar Diri Sendiri 2

Belajar Budha-Dhamma yang mempunyai manfaat langsung adalah dg "praktek", praktek apa...?
1. miliki / tumbuhkan sikap bermurah hati, dan kemudian praktekan sikap tsb. memberi lebih baik dari pada menerima ( atau menerima itu secara psikologis karena kurang, memberi karena ada lebih ), dari praktek ini akan belajar langsung dan meng- ehipasiko dari hukum karma dan pattica samupada ( hukum sebab-musabab yg saling bergantungan ),
mulai dari level kemurahan hati masing2, memberi barang/tenaga/waktu yg benar2 tidak kita manfaatkan lagi, menuju memberi dalam bentuk fisik/tenaga/pikiran yg masih bermanfaat bagi kita ( baca = misalnya aturannya masih bisa pake barang itu, tapi karena ada yg lbh butuh dan lbh tinggi manfaatnya apabila di berikan ke- dia/mereka, pemberi level ini akan memberikan barang tsb kepada-nya, atau aturannya waktu kita utk jalan2 atau santai, tapi karena ada baksos divihara atau kegiatan lain yg lbh bermanfaat, si pemberi akan memberikan waktu dan tenaga/pikirannya utk kegiatan yg lbh bermafaat itu, sampai pada level dimana sipemberi memberikan sesuatu yg sangat dia sukai atau dia butuhkan, dg pertimbangan nilai yg lbh tinggi tadi... dan level2 yg lbh tinggi lagi ) jadi nilai lah sendiri tingkat kemurahan hati masing2, prinsipnya sikap sebelum, sewaktu dan sesudah memberi ini bisa menimbulkan kepuasan alamiah bagi bathinnya, sampai pada kesempurnaan dari Dana Paramitha atau Cagha ( baca = kemurahan hati )... sesuai dg bibit yang ditanam, demikian akan tumbuh pohon dan buah nya...kebahagiaan akan mengikuti pembuat kebajikan seperti bayang2 yg tidak pernah meniggalkan pemiliknya

2. latih dan praktekan sikap mawas diri ( baca = dg menggunakan perhatian dlm melakukan segala sesuatunya ) utk mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan sendiri, atau dengan kata lain yaitu, mengendalikan ke-enam indera sendiri ( terkendali dalam penglihatan, pendengaran, pengecapan, pem-bau an/penciuman, sentuhan2, dan bentuk2 pikiran) jadilah tuan akan ke - enam indera ini... pengetahuan, sikap dan latihan ini akan meningkatkan sila sekalian akan meng-ehipasikokan tingginya sila tergantung di pengendalian diri ini, sungguh tidak gampang, tapi baik dan sangat berharga pengetahuan, sikap dan terlebih latihan ini.
sila yang baik akan menjaga seseorang mahkluk tidak jatuh dialam penderitaan, dan menunjang pelaksanaan samadhi

3. pengetahuan, sikap dan latihan kesabaran...,
diluaran ( baca = kondisi sekitar kita ) selalu secara langsung dan tidak langsung mengajarkan kita untuk instans dalam segala sesuatunya ( baca = instans dalam hasil ) ..., kalo bisa cepat kenapa harus lambat, kalo bisa lbh baik kenapa harus baik saja... sayangnya sikap ini harus dilandasi dg usaha utk menyelesaikan Prosesnya dulu. peningkatan tekad, semangat, ketekunan dan kebijaksanaan adalah inti dari hasil sebenarnya, dan semua ini bisa didapat melalui proses... bahkan kesuciaan Budha pun dicapai dg proses yg sangat panjang dg menyempurnakan ke-10 sifat paramitha seorang bodhi akhirnya.
pengetahuan, sikap dan latihan ini akan menjadikan dasar pedoman utk bhavana / meningkatkan ketenangan dan ke jernihan pikiran.

terakhir hidup akan lbh bermanfaat dan bermakna kalo kita tahu sedikit tapi memperoleh manfaat dari pengetahuan tersebut ( baca = dengan cara kita bersikap dan praktek langsung dari pengetahuan tsb ),
daripada selalu mencari keluar, kenapa tidak kita mengembangkan nilai2 luhur ketiga pengetahuan, sikap dan latihan ini dalam diri sendiri dulu,
ada pepatah mengatakan " Guru yg baik akan datang setelah Murid telah siap "
pertanyaannya sdhkah kita menjadi murid yg siap...??? kalo belum akan sangat sayang sekali seperti sendok yg tiap hari bertemu dan bersentuh dg makanan tapi tidak bisa merasakan cita rasa makanan itu. akan sia2 saja. pengetahuan dari pikiran yg tidak terlatih akan selalu bersifat terurai, dan hilang... juga bisa jadi beban bila tidak sesuai dg kapasitas kemampuan kebijaksanaan sendiri, seperti listrik yg berdaya besar akan merusak kabel yg berdiameter kecil..., sebenarnya bukan salah daya listrik yg besar, tapi adanya kemelekatan dan ketidak puasan kabel itu utk menerima daya sesuai dg kemampuannya, dan meningkatkannya lagi apabila ukuran kemampuan sendiri semakin besar, daya listrik dan kabel ini hanya analogi semata.

bukankah hidup akan jadi lbh sederhana kalo kita sdh melaksanakan semua proses dg yg terbaik yang kita punya...
mana yg lbh penting... pengetahuan atau praktek ???, jawabnya...?
dua2nya penting kalo bisa bermanfaat baik dan sungguh2 bermanfaat baik bagi diri sendiri, orang2 lain, dan lingkungan juga.
kenapa orang yg tidak sekolah ( baca = pengetahuan teorinya tidak banyak ) bisa berhasil...??? jawab, karena dia belajar dari praktek langsung ( baca = kehidupannya ) utk menentukan sikapnya, menjadi bijaksana.
pertanyaan selanjutnya, kenapa ada yg sekolah dan lulus dari sekolah tapi tidak berhasil...??? jawab, tidak berhasil kan kata dia atau orang2 dilingkungannya, tapi yang pasti karena dia tidak memperoleh manfaat yg baik dari pengetahuannya, apalagi manfaat utk orang2 lain, atau lingkungannya. ukuran berhasil dan tidak berhasil hanya bisa dinilai diri sendiri dan orang lain yg bijak.

kalo waktu masih panjang dan mau mencari, silahkan cari di vihara2 ( ekayana grha di tj duren atau dhammacakka di sunter, yg kami sendiri dulu rutin kesana, atau vihara2 lainnya ), kebaktian di skul atau kampus bagi yg masih skul/kul, toko2 buku juga banyak, samaghi pala atau wihara.com juga semua artikel bisa di jadikan pelajaran..., dan buka telinga ( baca = dengar2 pengumuman atau info2 dari teman2 ), buka mata ( baca... ), dan buka mulut ( tanya kalo perlu saja, kalo nga nanti bisa kembung karena sering2 buka mulut... ) dls

Belajar Agama Buddha Belajar Diri Sendiri


Oleh Lama Thubten Yeshe
Ketika kita bljr agama Buddha, kita bljr ttg diri kita sendiri - bljr ttg sifat mendsr pikiran kita sendiri. Fokusnya bkn pd sesuatu yg tertinggi; namun pd hal-hal praktis spt bgmn menjlnkan kehidupan sehari-hari dan mengintegrasikannya dgn pikiran shg batin dan pikiran tetap damai dan sehat. Dgn kata lain, fokusnya pd pengalaman pengetahuan-kebijaksanaan, bkn pandangan dogmatis semata. Sebnrnya, dlm istilah barat kita tdk bilang Buddhisme itu agama, tetapi lbh merupakan cara hidup (way of living), filsafat kehidupan (living philosophy), sains dan psikologi.

Suatu kecenderungan alami dr pikiran manusia adl mencari kebahagiaan; baik org barat maupun org timur. Tp bila cara hidupmu terlalu terfokus pd dunia luar lwt penginderaan dan terikat scr emosional, hal ini sgt berbahaya kalian tdk punya kendali. Pengendalian diri bkn hanya kebiasaan timur atau sebuah perjalanan Buddhis; kita semua bth pengendalian diri. Terutama bg mereka yg materialistis dan scr psikologi terlalu terikat pd btk luar. Dr sudut pandang Buddhis, pikiran spt itu tdk sehat, sakit mental. Kalian sdh tahu bahwa perkembangan ilmu pengetahuan eksternal saja tdk dpt memuaskan nafsu keinginan atau menghentikan masalah emosional.

Maka metode-metode ajaran Guru Buddha menunjukkan sifat mendsr batin pikiran manusia, potensi manusia dan bgmn kalian dpt mengembangkan diri. Lbh-lbh, metode ini tdk terfokus pd "percaya membabi buta" atau sekedar pemahaman metafisik. Namun, baik kalian religius atau tdk, atau seorang yg "percaya pd" atau "tdk percaya pd", yg paling penting adlh mengetahui sifat dsr pikiran kalian sendiri. Bila tdk, kalian gampang beranggapan bahwa kalian sehat dan berfungsi dgn baik dlm kehidupan sehari-hari pdhl kenyataannya akar dr emosi-emosi yg mengganggu tumbuh smkn kuat dan dlm-dlm dipikiran kalian. Dgn penyebab fundamental dr penyakit mental dlm diri sendiri, suatu perubahan kondisi yg terkecil bs menimbulkan penyakit mental dan saraf. Selama kalian tenggelam dlm keterikatan membuta pd dunia sensasi, tdk tahu sifat dsr pikiran, ini dpt terjadi. Kalian tdk dpt menolaknya dgn berkata, "Saya tdk percaya." Kamu tdk dpt menolak hidung sendiri dgn berkata, "Saya tidak percaya saya mempunyai sebuah hidung. " Percaya atau tdk, hidung kamu tetap berada di tempatnya bkn !

Byk org barat berkata,"Saya tdk percaya apapun"; mereka sgt bangga akan pernyataan mereka itu. Tp coba periksa - sgt penting utk diketahui. Di dunia brt yg notabene tradisi kekristenan punya byk kontradiksi : ilmuwan beranggapan mereka sendiri adlh kaum tdk percaya; kaum religius beranggapan mereka sendiri kaum yg "percaya". Namun, baik yg percaya atau tdk, kalian terpaksa hrs mengetahui pola dsr pikiran sendiri.

Kamu selalu berbicara ttg godaan keterikatan, tp tak tahu bgmn mengendalikannya. Hanya berbicara sj itu gampang, tp utk mengetahui sifat dsr dr keterikatan itu sgt sulit. Contohnya, mobil dan pesawat ditemukan utk membuat pekerjaan lbh cpt dan lbh byk waktu santai; tp hasilnya pikiran tambah gelisah drpd sebelumnya. Saya tdk mengeluh atau "complain", tp coba cek sendiri kehidupan sehari-hari. Apa yg saya katakan adlh bila seluruh negara tenggelam dlm dunia panca indera di bwh kendali keterikatan bsr, kalian tdk punya kesempatan atau wkt utk melht realita pikiran sendiri. Susah gaya hidup spt itu. Susah utk benar-benar menikmati kegembiraan dan mengalami kepuasan batin, krn kepuasan batin sejati dtg dr batin pikiran, bkn dr luar.

Kaum muda modern yg terpelajar dan skeptis memang punya pemahaman akan apa yg bernilai dlm hidup, dan tahu bahwa kegembiraan tdk dtg dr benda-benda yg bersifat sementara semata. Ketika Guru Buddha berbicara byk ttg penderitaan, Beliau tdk menunjuk semata-mata pd rasa sakit dan penyakit pd tubuh tp pd "ketidakpuasan". Ketidakpuasan adlh penderitaan nyata. Berapapun yg kalian peroleh, nafsu keinginan tdk reda, selalu ingin lbh. Itulah perasaan menderita; itulah frustrasi yg bersifat khayalan.

Psikologi Buddhis menyebutkan 6 dsr dari khayalan batin, yg membuat frustrasi dan mengacaukan kedamaian batin manusia shg "stress" : keterikatan, kemarahan, ketidaktahuan batin, kebanggaan diri, keragu-raguan yg ternoda dan terjebak dlm pandangan salah. Ini adlh fenomena mental bkn eksternal. Jd, ketika Guru Buddha mengajarkan bgmn mengatasi khayalan batin, Beliau menekankan pentingnya pemahaman akan sifat dsr diri kita, tdk hanya "percaya akan" dan keyakinan saja. Tanpa menyelidiki pikiran sendiri dan mengembangkan kebijaksanaan pengetahuan yg bersifat introspeksi, tdk mungkin mengembangkan pemahaman demikian. Bahkan bila kita berbicara pjg lebar ttg khayalan batin, kita sesungguhnya tdk tahu apa-apa. Khayalan batin fundamental itu dtg dr ego, mereka membuat pikiran stress. Utk terbebas, kalian tdk perlu menyerahkan semua milik anda. Simpanlah milik anda, tp bila melakukannya dgn keterikatan, anda hanya akan membuat diri sendiri stress dan susah; pikiran hanya mjd berkabut dan terpolusi. Pikiran tdk jernih adlh sumber kedunguan dan kegelisahan; cahaya kebijaksanaan tdk dpt bersinar dlm pikiran itu. Solusinya : meditasi.

Meditasi tdk hanya duduk diam di sudut, mencoba mengembangkan satu titik konsentrasi. Namun adlh jenis kebijaksanaan bebas dr rasa malas yg berguna utk kewaspadaan kondisi pikiran. Dlm kehidupan sehari-hari, kalian mestinya waspada akan apa yg dilakukan, mengapa dan bgmn melakukannya. Biasanya kita melakukan sesuatu tanpa disadari : makan tp dgn perhatian pd hal lain, minum tanpa disadari, berbicara tanpa disadari. Kita tdk tahu apa yg terjadi dlm pikiran, walaupun kita blg kita sadari. Saya tdk menilai, mengecewakan kalian tp coba periksa sendiri. Jln hidup Buddhis adlh menempatkan ajaran utk diamalkan dan dialami. Saya tdk berbicara ttg sesuatu di langit. Sgt sederhana.

Bila kalian tdk tahu sifat dsr keterikatan dan obyek-obyeknya, tdk mungkin utk memiliki kasih sayang kebaikan hati utk teman-teman, orangtua dan negara. Krn pikiran kalian tdk sadar, kalian melukai org-org terdekat sendiri. Sama halnya, seseorang yg sdg marah benar-benar lupa akan dirinya sendiri; dia tdk tahu apa yg tjd dlm pikiran. Kalian tentu tahu hal ini; ini hanyalah cth apa yg terjadi pd manusia. Byk kali kita melukai org lain tanpa disadari : kita tdk hati-hati akan tindakan atau sikap batin kita dan tdk menghormati org lain.

Di barat byk org yg berpendidikan khusus dlm psikologi. Tp Guru Buddha menginginkan kita semua mjd psikolog; kalian seharusnya tahu pikiran sendiri. Guru Buddha merasa bahwa hal itu pasti mungkin, semua manusia punya potensi utk mengerti, dan lalu mengendalikan pikiran sendiri. Ketika kalian memahami pikiran sendiri, kontrol dtg scr alami. Jgn pikir bahwa mengamati pikiran sendiri hanyalah perjalanan Himalaya, sesuatu hanya utk mrk yg miskin papa. Periksalah, saat scr emosional terlibat dgn sesuatu, drpd bereaksi lbh baik rileks; cobalah utk waspada apa yg sdg dilakukan. Tanyalah diri sendiri, "Saya sdg ngapain ? Bgmn ? Apa yg membuat saya melakukan hal ini ?" Benar-benar indah bila anda bs menganalisa spt ini. Dgn pengertian, kalian dpt menghentikan masalah dgn gampang. Masalahnya adlh kita kekurangan kebijaksanaan pengetahuan intensif, atau kewaspadaan, atau kesadaran.apapun namanya.

Maka, utk memberikan kasih sayang kebaikan pd org lain, anda hrs tahu sifat dsr obyek. Bila tdk tahu, anda akan terjebak dlm perjalanan ego sombong lainnya. " Saya cinta dia". Pastikan anda tahu bgmn dan mengapa - penting sekali utk mjd ahli terapi bg diri sendiri. Barulah anda dpt merawat diri sendiri dgn kebijaksanaan alami dan menikmati brg-brg milik sendiri dgn pikiran santai drpd dgn pikiran stress dan amarah, yg merusak diri dan hidup.

Utk mjd seorang psikolog, tdk perlu bljr filosofi yg susah; cukup mengamati pikiran sendiri tiap hari. Kalian mengamati benda-benda materi stp hari - makanan di dapur, contohnya - maka mengapa tdk memeriksa pikiran sendiri ? Ini lbh penting. Kehidupan di barat berlandaskan falsafah "saya selalu dpt membeli solusi utk masalah-masalahku di supermarket". Kalian berpikir bahwa selalu dpt pergi ke apotik dan membeli pil-pil, dan bila frustrasi emosi dpt mendpt obat dari dokter. Apakah kalian pikir pengobatan spt itu dpt menolong ? Tentu tdk. Walaupun kelihatan menolong, mereka tdk kekal. Mereka bahkan tdk menghancurkan gejala-gejala emosi yg menipu; mereka hanya membuat melempem dan lbh bodoh.

Pandangan materialistis berpikir kenikmatan dan kebahagiaan dpt dibeli, tp tdk demikian. Scr halus ia mengatakan bahwa kedamaian batin dpt dibeli di supermarket. Itu benar-benar salah kaprah. Org-org religius jg seharusnya mencoba mengerti pikiran mereka sendiri drpd sekedar "percaya-percaya pd sesuatu". Dan lg lbh praktis. Percaya belaka tdk dpt menyelesaikan persoalan hidup; hanya pengertian kebijaksanaan dpt melakukannya. Guru Buddha bahkan berkata bahwa berbahaya hanya percaya pd Buddha dan Beliau mendesak kita utk mengerti cara kerja batin pikiran. Ketika kamu menemukan sesuatu dlm batin pikiran, barulah masuk akal utk mempercayainya. Kepercayaan atau keyakinan berdsrkan realisasi atau pengertian intelektual yg jernih bnr-bnr sempurna dpt diterima. Tp bila anda tdk jelas mengapa anda percaya yg dilakukan, keyakinan anda dpt dgn mudah dihancurkan org lain. Byk manusia-manusia yg cenderung spiritual itu lemah krn tdk mengerti sifat sejati dr semangat atau pikiran. Pengertian adlh sebuah btk energi mental : itu mendukung pikiran sendiri dan membuatnya tetap sehat.

Ketika mengerti pandangan pikiran sendiri, atau cara persepsi obyek-obyek, anda menyadari bahwa selama ini yg anda genggam kuat dunia sensasi - dan khayalan masa depan yg idealis hanyalah proyeksi pikiran sendiri dan tdk memiliki kenyataan fisik yg terhalus sekalipun - anda bnr-bnr tdk sadar akan saat skrg. Kalian hrs setuju bahwa inilah sebuah kondisi pikiran yg tdk sehat


Tahapan pelatihan diri Tantrika SatyaBuddha

 
Beberapa waktu yang lalu ada seorang siswa setelah mendapatkan abhiseka Sadhana Wadyaraja Acalanatha, mulai berlatih sadhana tersebut. Tidak lama kemudian Acalanatha muncul dalam mimpinya. Saat muncul, Acalanatha tidak memberkatipun tidak memberikan sesuatu kepadanya, juga tidak memancarkan cahaya. Sebaliknya hanya melirik kepadanya kemudian membelakanginya. Apapun yang dimintanya tidak disahuti bahkan memunggunginya. Ia datang bertanya: "Apa arti dari kesemua kejadian ini?"


Jawaban saya demikian : pelatihan diri dalam Tantrayana memiliki tahap-tahapan. Anda harus menapakinya setingkat demi setingkat, tidak boleh loncat kelas. Oleh karena itu bila Anda telah mendapatkan abhiseka Sadhana Amitabha, sudah berlatih Dewatayoga Amitabha(Pen Cuen Fa), sudah berlatih lama sekali namun belum juga mencapai kontak (yoga). Seyogyanya Anda mulai berpikir, mengapa Budha Amitabha tidak muncul dalam mimpi atau samadhi memberkati Anda? Atau mengapa Budha Amitabha tidak memancarkan cahaya terang, mengapa tidak muncul pertanda baik? Apakah Anda telah loncat kelas? Bila Sadhana Guruyoga belum memperoleh kontak, kemudian Anda langsung berlatih Dewatayoga Amitabha ini berarti sudah loncat kelas. Dengan demikian Anda tak akan mendapatkan kontak dari Budha Amitabha. Ini disebut "meskipun sudah memperoleh abhiseka namun belum memperoleh nimitta abhiseka (nimitta disini bisa diartikan sebagai pertanda).


Lalu apa yang harus dilakukan? Pertama, bila Anda beranggapan telah mencapai yoga dalam Sadhana Guruyoga, berlatihlah Dewatayoga. Namun Anda harus mengulangi proses abhiseka Dewatayoga. Karena ada kemungkinan dalam proses bersadhana atau dalam proses abhiseka terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan tatacara. Oleh sebab itu dalam pelatihan diri Tantra umumnya, misalnya Catur Prayoga, ada ditentukan mumlahnya. Dengan kata lain Anda harus menggenapi setia sadhana dalam Catur Prayoga sebanyak 250000 kali barulah sesuai dengan tatacara (aturan). Bila ingin menjadi Acharya, harus melakukan homa sebanyak 200 kali barulah pantas menjadi Acharya, ini adalah ketentuan Tantra Timur. Oleh karena itu boleh dikatakan semua ada tahapannya. Abhiseka tidak ada manfaatnya bila tidak memperoleh nimitta abhiseka. Yang dimaksud dengan nimitta abhisekaadalah, misalnya ada orang begitu diabhiseka langsung memperoleh nimitta abhiseka, berarti Anda hari ini di-Abhiseka, pada malam harinya, Budha Amitabha langsung menampakkan jasmaninya yang sempurna di hadapan Anda menyinari Anda, memberkati Anda. Ini berarti Anda telah memperoleh nimitta abhiseka, berarti Anda telah memenuhi syarat untuk berlatih Dewatayoga Amitabha.


Langkah selanjutnya baru boleh minta diajari Sadhana Widyaraja, kemudian Anuttarayoga Tantra. Semua ini harus tahap demi tahap. Di tempat kita, harus berlatih Catur Prayoga, setelah itu baru Guruyoga. Kalau Guruyoga sudah beres barulah Dewatayoga, kemudian Sadhana Widyaraja, lalu Anuttarayoga Tantra. Pada setiap tahap harus mencapai yoga dan menghasilkan pertanda baik baru boleh menapak ke tingkat yang lebih tinggi. Inilkah ketentuan dalam Tantrayana umumnya.


Jika meskipun sudah di-Abhiseka namun tidak memperoleh nimitta abhiseka sebaiknya ulangi sekali lagi abhisekanya atau turun setingkat dan berlatih lebh lanjut. Misalnya Anda telah diabhiseka dalam Dewatayoga, namun belum juga mencapai yoga dalam waktu lama, lebih baik turun setingkat, diabhiseka lagi dalam Guruyoga atau abhiseka lagi dalam Dewatayoga, kemudian teruskan lagi latihannya dari awal. Bila belum memperoleh nimitta abhiseka dalam Catur Prayoga, tetapi meneruskan ke Guruyoga, tentu saja tidak akan memperoleh nimitta abhiseka dalam Guruyoga.


Inilah tatacara dalam Tantrayana. Terhadap tatacara demikian, dulu kita tidak perlu mematuhinya. Tetapi untuk siswa yang masuk belakangan, harus melatih diri dalam tatacara ddemikian. Ada orang berkata, melatih diri dalam Tantrayana harus membangun fondasi dalam Mahayana selama 12 tahun, fondasi dalam Tantrayana 8 tahun, seluruhnya 20 tahun barulah boleh mendapatkan abhiseka pengukuhan Acharya. Dewasa ini ada orang yang setelah memperoleh abhiseka Acalanatha langsung berlatih, tak dinyana baru semalam saja Acalanatha sudah muncul melirik sejenak laru memantatinya, hampir menghadiahi sebuah tendangan. Karena sadhaka belum mencapai yoga dalam Dewatayoga, disinilah masalahnya. Namun, jika Anda merasa amat berbakat, setelah diabhiseka dalam Sadhana Widyaraja Acalanatha, pada malam harinya langsung muncul memberkati Anda, berarti Anda telah memperoleh nimitta abhiseka, berarti Anda boleh berlatih. Jika Anda telah diabhiseka, tetapi tidak memperoleh nimitta abhiseka, berarti tidak boleh berlatih dalam sadhana ini. Anda harus tetap menekuni Dewatayoga atau turun setingkat berlatih Guruyoga. Bila dalam Guruyoga pun belum memperoleh kontak, belum muncul pertanda baik atau nimitta abhiseka, sebaiknya Anda tiap hari lakukan saja Mahanamaskara, Mahpuja, menjapa mantra Catur Sarana, melakukan Sadhana Wajrasattwa, berlatih Catur Prayoga. Bila dalam Catur Prayoga sudah benar-benar memperoleh yoga berarti ada harapan untuk mencapai pembebasan, karena Bodhisattva Wajracitta mampu membantu Anda mencapai ke-Budhaan.


Kelian lebih baik berkutut dulu di latihan dasar, jangan belum apa-apa sudah mau langsung berlatih Anuttarayoga Tantra. Tidak boleh begitu. Karena pelatihan diri adalah suatu proses. Kecuali Anda begitu diabhiseka Sadhana Widyaraja Acalanatha langsung memperoleh nimitta abhiseka, karena pada kelahiran sebelumnya telah melatihnya. Tentu saja tidak ada yang dapat dikatakan. Namun bila dalam kelahiran terdahulu Anda belum berlatih, berarti dalam kelahiran ini Anda harus melatihnya dari dasar. Tidak boleh seperti helikopter, langsung tinggal landas menuju Anuttarayoga Tantra. Oleh karena itu seyogyanya mulai menapak dari tingkat satu, tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat, tingkat lima, menapak secara bertahap barulah sesuai dengan tatacara sesuai dengan Dharma.

dikutip dari Files TBSN