Tuesday, March 3, 2009

bodoh?



Posted 12-05-2008 at 12:09 PM by azhuramasda
Updated 12-05-2008 at 12:17 PM by azhuramasda

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tidak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, "Itu Bejo, dia anak paling terbodoh di dunia".

Pengusaha itu kemudian bertanya
"Apa iya?".

Tukang cukur dengan bersemangat "Mari... saya buktikan!"

Lalu, dia memanggil si Bejo, tukang cukur itu merogoh kantongnya dan
mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu ia memanggil bejo dan berkata, "Bejo, kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!".

Bejo pun melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada dua lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil lembaran uang Rp 500.


Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, "Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil".


Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya

"Bejo, tadi saya sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 dan Rp 500-an, saya lihat kok yang kamu ambil, uang yang Rp 500, kenapa tidak ambil yang Rp 1000, nilainya kan lebih besar dan dua kali lipat dari yang Rp 500".


Si bejo kemudian melihat dan memandang wajah sang pengusaha, ia agak ragu-ragu untuk mengatakannya.

"Ayo beritahu saya, kenapa kamu ambil yang Rp 500," desak sang pengusaha.


Akhirnya si Bejo pun berkata, "Kalau saya ambil yang Rp 1000, berarti permainannya akan selesai....."



Never judge a book from its cover, The story may be different from what you may think of.

Copied from Kaskus.us

Temukan kebahagiaan dengan memberi



Posted 12-05-2008 at 12:29 PM by azhuramasda
Updated 12-05-2008 at 12:34 PM by azhuramasda

Kisah ini bercerita tentang seorang wanita cantik bergaun mahal yang

mengeluh kepada psikiaternya bahwa dia merasa seluruh hidupnya hampa tak berarti.

Maka si psikiater memanggil seorang wanita tua penyapu lantai dan berkata kepada si wanita kaya," Saya akan menyuruh Mary di sini untuk menceritakan kepada anda bagaimana dia menemukan kebahagiaan. Saya ingin anda mendengarnya."

Si wanita tua meletakkan gagang sapunya dan duduk di kursi dan menceritakan kisahnya: "OK, suamiku meninggal akibat malaria dan tiga bulan kemudian anak tunggalku tewas akibat kecelakaan. Aku tidak punya siapa-siapa. aku kehilangan segalanya. Aku tidak bisa tidur, tidak bisa makan, aku tidak pernah tersenyum kepada siapapun, bahkan aku berpikir untuk mengakhiri hidupku. Sampai suatu sore seekor anak kucing mengikutiku pulang.

Sejenak aku merasa kasihan melihatnya.

Cuaca dingin di luar, jadi aku memutuskan membiarkan anak kucing itu masuk ke rumah. Aku memberikannya susu dan dia minum sampai habis. Lalu si anak kucing itu bermanja-manja di kakiku dan untuk pertama kalinya aku tersenyum.

Sesaat kemudian aku berpikir jikalau membantu seekor anak kucing saja bisa membuat aku tersenyum, maka mungkin melakukan sesuatu bagi orang lain akan membuatku bahagia. Maka di kemudian hari aku membawa beberapa biskuit untuk diberikan kepada tetangga yang terbaring sakit di tempat tidur. Tiap hari aku mencoba melakukan sesuatu yang baik kepada setiap orang. Hal itu membuat aku bahagia tatkala melihat orang lain bahagia. Hari ini, aku tak tahu apa ada orang yang bisa tidur dan makan lebih baik dariku. Aku telah menemukan kebahagiaan dengan memberi."

Ketika si wanita kaya mendengarkan hal itu, menangislah dia. Dia memiliki segala sesuatu yang bisa dibeli dengan uang namun dia kehilangan sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang.


Copied from Kaskus.us

Siapa Wanita Yang Mendidik Anak ini?



Posted 08-05-2008 at 10:20 AM by azhuramasda
Updated 09-05-2008 at 05:20 PM by azhuramasda

Setelah menyetir terlalu lama sepulang dari kampung saya singgah sebentar di sebuah restoran. Begitu memesan makanan, seorang anak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul di depan saya. "Abang mau beli kue?" Katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kue jajanannya. "Tidak Dik, Abang sudah pesan makanan," jawab saya ringkas dan akhirnya dia berlalu. Pesanan tiba, saya langsung menikmatinya. Gak sampe 20 menit kemudian saya melihat anak tadi menghampiri calon pembeli lain. Saya lihat dia menghampiri sepasang suami istri. Mereka juga menolak tawaran anak itu, dan dia berlalu begitu saja. "Abang sudah makan, tak mau beli kue saya?" tanyanya tenang ketika menghampiri meja saya lagi. "Abang baru selesai makan Dik, masih kenyang nih," kata saya sambil menepuk-nepuk perut. Dia pun pergi, tapi cuma di sekitar restoran. Sampai di situ dia meletakkan bakulnya yang masih penuh. Setiap yang lalu dia tanya, "mau beli kue saya Bang, Pak... Kakak,... Ibu." Halus budi bahasanya pikir saya. Sambil memperhatikan, terbersit rasa kagum dan kasihan di hati saya melihat betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak keluh kesah atau tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuenya. Setelah membayar harga makanan dan minuman, saya terus pergi ke mobil. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Namun belum sempat saya menghidupkan mesin, anak tadi sudah berdiri di samping mobil. Dia tersenyum kepada saya. Saya turunkan kaca jendela, dan membalas senyumannya. "Abang sudah kenyang, tapi mungkin Abang perlu bawa kue saya buat oleh-oleh untuk adik- adik, Ibu atau Ayah abang," katanya sopan sekali, sambil tersenyum. Sekali lagi dia memamerkan kue dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya. Saya tatap wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul perasaan kasihan di hati. Lantas saya buka dompet, dan mengulurkan selembar uang Rp 20.000,- padanya. "Ambil ini Dik! Abang sedekah... Tak usah Abang beli kue itu." Saya berkata ikhlas karena perasaan kasihan yang meningkat mendadak. Anak itu menerima uang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima restoran. Saya gembira dapat membantunya. Setelah mesin mobil saya hidupkan. Saya memundurkan. Alangkah kagetnya saya melihat anak itu mengulurkan Rp20.000,- pemberian saya itu kepada seorang pengemis buta. Saya terkejut, saya hentikan mobil, dan memanggil anak itu. "Kenapa Bang, mau beli kue ya?" tanyanya. "Kenapa Adik berikan duit Abang tadi pada pengemis itu? Duit itu Abang berikan ke Adik!" kata saya tanpa menjawab pertanyaannya. "Bang, saya tak bisa ambil duit itu. Emak marah kalau dia tahu saya mengemis. Kata emak kita mesti bekerja mencari nafkah karena Allah. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, Mak pasti marah. Kata Mak mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat Bang!" katanya begitu lancar. Saya heran sekaligus kagum dengan pegangan hidup anak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa harga semua kue dalam bakul itu. "Abang mau beli semua ?" dia bertanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu mau berkata. "Rp 25.000,- saja Bang...." Dengan gembira dia memasukkan satu persatu kuenya ke dalam plastik, saya ulurkan Rp 25.000,-. Dia mengucapkan terima kasih dan berlalu dari pandangan saya. Ya Tuhan!. Saya hanya bisa bertanya-tanya di dalam hati, siapakah wanita berhati mulia yang melahirkan dan mendidik anak itu ?. Sesungguhnya saya kagum dengan sikapnya. Dia menyadarkan saya, siapa kita sebenarnya.......

Copied from Kaskus.us

Gajimu per jam


Originally Posted by GeneticFreak

Ada seorang ayah yang setiap hari bekerja keras dan pulang larut malam. Bahkan seringkali di hari sabtu dan minggu pun ia bekerja. Suatu hari seperti biasa ia lembur lagi, dan pulang dengan tubuh lelah dan pikiran penat. Sampai di rumah ia menjumpai anaknya yang masih kecil menantinya di ruang tamu.
"Malam papa, bolehkah aku bertanya?", tanya si anak.
"Mau tanya apa tho?", dengan nada sedikit terganggu ayahnya menjawab, (maklumlah sudah capek).
"Papa, berapa gaji papa per jam?", tanya si anak dengan hati-hati (takut dimarahi)
"Aduh ngapain sih kamu tanya begituan?", hardik sang ayah.
"Maaf papa, saya cuma ingin tau..."
(berpikir sejenak) "Ya sudahlah, kira2 gaji papa satu jam nya 50 ribu"
"Oh", jawab si anak, sejenak kepalanya tertunduk berpikir. Lalu dengan sangat perlahan si anak berkata, "Kalau begitu... bolehkah saya pinjam... 10 ribu saja papa...?"
Sang ayah pun bangkit amarahnya, "Jadi kamu nanya cuman mau pinjam uang? Sudah berani kamu ya nanya gaji papa cuman supaya kamu bisa pinjam uang untuk beli mainan tak berguna atau jajan! Cepat kamu masuk kamar dan tidur!"

Anaknya pun tanpa berkata apa2 lagi, menundukkan kepala lalu masuk ke kamarnya dan sang ayah pun pergi mandi. Setelah mandi, sambil berbaring di tempat tidurnya sang ayah berpikir, "Mungkin aku terlalu galak pada anak ku, mungkin dia memang benar2 ingin membeli sesuatu, pelitnya aku ini, 10 ribu saja aku marah pada anak ku". Kemudian sang ayah pun bangun, mengambil 10 ribu dari dompetnya dan menuju kamar anaknya.

"Nak..", panggilnya dengan pelan, mungkin anaknya sudah tertidur, "...kamu belum tidur?"
"Belum papa, maaf, dari tadi saya belum bisa tidur", sahut anaknya.
"Mungkin ayah tadi terlalu kasar kepadamu, maaf tadi papa sangat lelah dan menumpahkan marah kepadamu, nih, 10 ribu yg tadi kamu minta".
Dengan wajah ceria anaknya menerima uang itu. Lalu anaknya mengambil sebuah kotak pensil tua yang ada dibawah bantalnya, mengambil segenggam uang dari situ, lalu menghitung uangnya.

Sang ayah pun marah lagi, "Kamu ni, sebenernya mau beli apa sih? Udah punya uang gitu, masih mau pinjam lagi!"
Setelah selesai menghitung embaran-lembaran lusuh uang di tangannya, sang anak memandang ayahnya dan menjawab, "terima kasih papa, sekarang uangku sudah cukup"
"Sebenernya kamu ini mau ngapain sih! Jawab pertanyaanku", hardik ayahnya lagi

Dengan ceria dia menjawab, "Papa, ini sekarang aku punya uang 50 ribu, bolehkah aku membeli waktumu satu jam? Pulanglah lebih awal besok, aku kangen makan malam sama papa..."


Copied from Kaskus.us

Harga sebuah waktu



Posted 09-05-2008 at 02:15 PM by azhuramasda
Updated 09-05-2008 at 05:15 PM by azhuramasda
Untuk menyadari berapa harga 1 bulan....
tanyakan kepada seorang ibu yang melahirkan bayi prematur

Untuk menyadari berapa harga 1 minggu....
tanyakan kepada editor sebuah majalah mingguan

Untuk menyadari berapa harga 1 jam....
tanyakan kepada seorang yang sedang menunggu kekasihnya

Untuk menyadari berapa harga 1 menit....
tanyakan kepada seorang yang tertinggal kereta

Untuk menyadari berapa harga 1 detik....
tanyakan kepada seorang yang baru saja terhindar dari kecelakaan maut.

Untuk menyadari berapa harga 1 milidetik....
tanyakan kepada seorang atlit yang meraih medali perak

TREASURE EVERY MOMENT YOU HAVE!

Copied from Kaskus.us

Katakan sebelum terlambat


Posted 09-05-2008 at 04:59 PM by azhuramasda
Updated 09-05-2008 at 05:14 PM by azhuramasda

Suatu hari seorang guru meminta kepada para muridnya
untuk membuat daftar semua nama murid di kelas itu
pada dua lembar kertas, dan memberikan tempat kosong
di setiap nama. Kemudian ia meminta mereka untuk
memikirkan hal yang terbaik mengenai teman mereka
dan menuliskannya.

Tugas itu ternyata menyita sisa waktu pelajaran
untuk diselesaikan, dan ketika para murid
meninggalkan kelas, setiap orang menyerahkan
hasilnya.

Sabtu itu, sang guru menuliskan nama dari setiap
murid di kertas yang terpisah, lalu membuat daftar
apa yang telah dikatakan oleh murid yang lain
mengenai murid itu.

Dan pada hari Senin, ia memberikan setiap murid
daftarnya. Tidak lama kemudian, seluruh kelas mulai
tersenyum. "Sungguh?" ia mendengar suara
bisik-bisik. "Aku tidak tahu bahwa aku berarti untuk
orang lain!" dan, "Aku tidak tahu kalau yang lain
sangat menyukaiku." Begitulah komentar yang didengar
oleh sang guru.

Tidak ada orang yang menyinggung daftar itu di kelas
lagi. Ia tidak pernah tahu apakah para murid
membicarakannya di luar kelas atau kepada para orang
tua mereka, tetapi tidak masalah. Latihan itu telah
sampai tujuannya. Para murid sangat bahagia dengan
komentar itu dan menyukai satu sama lainnya.

Beberapa tahun kemudian, salah seorang dari murid
itu tewas terbunuh di VietNam dan gurunya menghadiri
pemakaman murid itu. Ia tidak pernah melihat seorang
tentara di dalam peti jenazah militer sebelumnya.
Muridnya itu sangat tampan, sangat dewasa.

Seluruh gereja dipenuhi oleh teman-temannya. Satu
persatu yang mencintainya menghampiri peti jenazah
itu. Sang guru adalah orang yang terakhir yang
mengucapkan salam perpisahan.

Ketika ia berdiri di sana, salah seorang dari
tentara yang bertugas sebagai pengangkut peti
jenazah itu menghampirinya. "Apakah kamu guru
matematikanya Mark?" tanyanya. Sang guru mengangguk,
"iya." Kemudian tentara itu melanjutkan : "Mark
banyak membicarakan dirimu."

Setelah pemakaman, bekas teman sekelas Mark
bersama-sama pergi ke tempat makan siang. Ayah dan
ibu Mark ada di sana, sangat jelas terlihat bahwa
mereka tidak sabar untuk berbicara dengan guru Mark.

"Kami ingin memperlihatkan sesuatu kepadamu," kata
ayah Mark, sambil mengambil dompet dari sakunya.
"Mereka menemukan benda ini pada Mark ketika ia
tewas. Kami kira Anda mungkin akan mengenalinya."
Sambil membuka dompet itu, ayah Mark dengan sangat
hati-hati mengeluarkan dua lembar kertas yang sudah
diisolasi, dilipat berkali-kali. Sang guru langsung
mengenalinya, bahwa kertas itu adalah kertas yang
dibuat olehnya berisikan daftar kebaikan Mark yang
ditulis oleh teman-teman sekelasnya.

"Terima kasih karena telah melakukan hal itu," ibu
Mark berkata.
"Seperti yang Anda lihat, Mark menyimpannya sebagai
salah satu hartanya."

Semua mantan teman sekelas Mark mulai berkumpul.
Charlie tersenyum dengan malu-malu sambil berkata,
"Aku juga masih menyimpan daftarku. Daftarku itu
berada di bagian atas laci meja belajarku di rumah."

Istri Chuck berkata, "Chuck memintaku untuk
meletakkannya di album pernikahan kami."

"Aku juga memilikinya," kata Marilyn. "Daftarku ada
dalam buku harianku."

Kemudan Vicki, teman sekelas yang lain, mengambil
buku sakunya, kemudian mengeluarkan dompetnya dan
memperlihatkan daftarnya yang sudah kusam dan lecek
kepada yang lain. "Aku membawanya bersamaku setiap
waktu," ujar Vicki, lalu sambungnya : "Aku rasa kita
semua menyimpan daftar kita masing-masing."

Pada saat itu, sang guru terduduk dan menangis. Ia
menangis karena Mark
dan seluruh temannya tidak akan mungkin melihat Mark
kembali.

Begitu banyak orang yang datang dan pergi di
kehidupan kita. Dan kita
tidakmengetahui kapan hari itu akan tiba.
Jadi katakanlah kepada orang yang Anda kasihi dan
cintai, bahwa mereka
sangat penting dan spesial dalam kehidupan Anda.
Katakanlah kepada
mereka sebelum terlambat.


Copied from Kaskus.us

Pengorbanan seorang Ibu



Posted 09-05-2008 at 05:00 PM by azhuramasda
Updated 14-05-2008 at 11:15 AM by azhuramasda

Alkisah di suatu desa ada seorang ibu yang sudah tua hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang Ibu sering sekali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Adapun anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi,mengadu ayam, dan banyak lagi yang membuat si ibu sering menangis meratapi nasibnya yang malang. Namun begitupun ibu tua itu selalu berdoa kepada Tuhan, "Tuhan tolong Kau sadarkan anakku yang ku sayangi, supaya ia tidak berbuat dosa lebih banyak lagi. Aku sudah tua dan aku ingin menyaksikan dia bertobat, sebelum Aku mati".

Namun semakin lama si Anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya. Sudah sangat sering ia keluar masuk bui karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri di sebuah rumah penduduk desa. Namun malang nasibnya akhirnya ia tertangkap oleh penduduk yang kebetulan lewat. Kemudian dia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili sesuai dengan kebiasaan di Kerajaan tersebut. Setelah ditimbang berdasarkan sudah seringnya ia mencuri, maka tanpa ampun lagi si Anak tersebut dijatuhi hukuman Pancung.

Pengumuman hukuman itu disebarkan ke seluruh desa. Hukuman pancung akan dilakukan keesokan harinya didepan rakyat desa dan kerajaan tepat pada saat lonceng di tengah balai kota berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai juga ke telinga si Ibu. Dia menangis, meratapi Anak yang sangat dikasihinya. Sembari berlutut dia berdoa kepada Tuhan.

"Tuhan, Ampunilah Anak Hamba.Biarlah HambaMu yang sudah tua renta ini yang menanggung dosa dan kesalahannya." Dengan tertatih-tatih dia mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tapi keputusan sudah bulat, si Anak tetap harus menjalani hukuman. Dengan hati hancur si Ibu kembali ke rumah . Tidak berhenti dia berdoa supaya anaknya diampuni.Karena kelelahan dia tertidur dan bermimpi bertemu dengan Tuhan.

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan ,rakyat berbondong-bondong untuk menyaksikan hukuman pancung tersebut. Sang Algojo sudah siap dengan Pancungnya, dan si Anak tadi sudah pasrah menantikan saat ajal menjemputnya. Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, tanpa terasa dia menangis
menyesali perbuatannya.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan , lonceng di tengah balai kota belum juga berdentang. Suasana mulai berisik. Sudah lima menit lewat dari waktunya. Akhirnya didatangi petugas yang membunyikan lonceng di di tengah balai kota. Dia Juga mengaku heran, karena sudah sedari tadi dia menarik lonceng tapi, suara dentangnya tidak ada. Ketika mereka sedang terheran-heran, tiba-tiba dari tali yang di pegangnya mengalir darah, darah tersebut datangnya dari atas, berasal dari tempat di mana Lonceng diikat.

Dengan jantung berdebar-debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah itu. Tahukah Anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng besar itu ditemui tubuh si Ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk Bandul di dalam lonceng yang mengakibatkan lonceng tidak berbunyi, sebagai gantinya kepalanya yang terbentur ke dinding lonceng . Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata . Sementara si Anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan.Dia menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke Atas dan mengikat dirinya di lonceng tersebut serta memeluk besi di dalam lonceng,untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Copied from Kaskus.us

Kembalikan keranjang itu


Posted 09-05-2008 at 05:59 PM by azhuramasda
Suatu saat ada sepasang suami istri yang hidup serumah dengan ayah sang
suami. Orang tua ini sangat rewel, cepat tersinggung, dan tak pernah
berhenti mengeluh. Akhirnya suami istri itu memutuskan untuk
mengenyahkannya.

Sang suami memasukkan ayahnya ke dalam keranjang yang dipanggul di bahunya.
Ketika ia akan meninggalkan rumah, anak lelakinya yang baru berusia sepuluh
tahun muncul dan bertanya, "Ayah, kakek hendak dibawa kemana?"

Sang ayah menjawab bahwa ia bermaksud membawa kakek ke gunung agar ia bisa
belajar hidup sendiri. Anak itu terdiam. Tapi pada waktu ayahnya sudah
berlalu, ia berteriak, "Ayah, jangan lupa membawa pulang keranjangnya."

Ayahnya merasa aneh, sehingga ia berhenti dan bertanya mengapa. Anak itu
menjawab, "Aku memerlukannya untuk membawa ayah nanti kalau ayah sudah tua."

Sang ayah segera membawa kembali sang kakek. Sejak saat itu mereka
memperhatikan kakek itu dengan penuh perhatian dan memenuhi semua
kebutuhannya.

"Hukuman" yang kita berikan pada orang lain, mungkin akan berbalik
pada diri kita sendiri.

(Anthony de Mello)

Copied from Kaskus.us

Delapan kebohongan seorang Ibu


Posted 14-05-2008 at 10:18 AM by azhuramasda
Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya


Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.

Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA

Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA

Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA

Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT

Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA

Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM

Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH

Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.

Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.


Copied from Kaskus.us

Renungan tentang Kasih Sayang Orang Tua


Originally Posted by andisalim
I LOVE U MOM , I LOVE U DAD..!!!

Waktu kamu berumur 1 tahun,
dia menyuapi dan memandikanmu ... sebagai balasannya ...
kau menangis sepanjang malam.

Waktu kamu berumur 2 tahun,
dia mengajarimu bagaimana cara berjalan...sebagai balasannya ...
kamu kabur waktu dia memanggilmu

Waktu kamu berumur 3 tahun,
dia memasak semua makananmu dengan kasih sayang .. sebagai balasannya...
kamu buang piring berisi makananmu ke lantai

Waktu kamu berumur 4 tahun,
dia memberimu pensil warna ... sebagai balasannya ..
kamu corat coret tembok rumah dan meja makan

Waktu kamu berumur 5 tahun,
dia membelikanmu baju-baju mahal dan indah..sebagai balasannya ...
kamu memakainya bermain di kubangan lumpur

Waktu berumur 6 tahun,
dia mengantarmu pergi ke sekolah ... sebagai balasannya ...
kamu berteriak "NGGAK MAU ...!"

Waktu berumur 7 tahun,
dia membelikanmu bola .... sebagai balasannya ...
kamu melemparkan bola ke jendela tetangga

Waktu berumur 8 tahun,
dia memberimu es krim ... sebagai balasannya...
kamu tumpahkan dan mengotori seluruh bajumu

Waktu kamu berumur 9 tahun,
dia membayar mahal untuk kursus-kursusmu .sebagai balasannya ...
kamu sering bolos dan sama sekali nggak mau belajar

Waktu kamu berumur 10 tahun,
dia mengantarmu kemana saja, dari kolam renang sampai pesta ulang tahun ..
sebagai balasannya ....
kamu melompat
keluarmobil tanpa memberi salam

Waktu kamu berumur 11 tahun,
dia mengantar kamu dan temen-temen kamu kebioskop .. sebagai balasannya ...
kamu minta dia duduk di barisan lain

Waktu kamu berumur 12 tahun,
dia melarangmu melihat acara tv khusus untuk orang dewasa ... sebagai balasannya ...
kamu tunggu sampai dia keluar rumah

Waktu kamu berumur 13 tahun,
dia menyarankanmu untuk memotong rambut karena sudah waktunya .sebagai balasannya..
kamu bilang dia tidak tahu mode

Waktu kamu berumur 14 tahun,
dia membayar biaya untuk kemahmu selama liburan .. sebagai balasannya ...
kamu nggak pernah menelponnya.

Waktu kamu berumur 15 tahun,
pulang kerja dia ingin memelukmu ...sebagai balasannya ...
kamu kunci pintu kamarmu

Waktu kamu berumur 16 tahun,
dia mengajari kamu mengemudi mobil ...sebagai balasannya ...
kamu pakai mobilnya setiap ada kesempatan tanpa mempedulikan kepentingannya

Waktu kamu berumur 17 tahun,
dia sedang menunggu telpon yang penting .. sebagai balasannya ...
kamu pakai telpon nonstop semalaman,

waktu kamu berumur 18 tahun,
dia menangis terharu ketika kamu lulus SMA.. sebagai balasannya ...
kamu berpesta dengan teman-temanmu sampai pagi

Waktu kamu berumur 19 tahun,
dia membayar semua kuliahmu dan mengantarmuke kampus pada hari pertama ...
sebagai balasannya ...
kamu minta diturunkan jauh dari pintu gerbang biar nggak malu sama temen-temen.

Waktu kamu berumur 20 tahun,
dia bertanya "Darimana saja seharian ini?".. sebagai balasannya ...
kamu menjawab "Ah, cerewet amat sih, pengen tahu urusan orang."

Waktu kamu berumur 21 tahun,
dia menyarankanmu satu pekerjaan bagus untuk karier masa depanmu ... sebagai balasannya ...
kamu bilang "Aku nggak mau seperti kamu."

Waktu kamu berumur 22 tahun,
dia memelukmu dan haru waktu kamu lulus perguruan tinggi .. sebagai balasanmu ...
kamu nanya kapan kamu bisa main ke luar negeri

Waktu kamu berumur 23 tahun,
dia membelikanmu 1 set furniture untuk rumah barumu ... sebagai balasannya ...
kamu ceritain ke temanmu betapa jeleknya furniture itu

Waktu kamu berumur 24 tahun,
dia bertemu dengan tunanganmu dan bertanya tentang rencana di masa depan...
sebagai balasannya ..
kamu mengeluh "Aduh gimana sih kok bertanya seperti itu."

Waktu kamu berumur 25 tahun,
dia membantumu membiayai pernikahanmu .. sebagai balasannya ...
kamu pindah ke kota lain yang jaraknya lebih dari 500 km.

Waktu kamu berumur 30 tahun,
dia memberimu nasehat bagaimana merawat bayimu ... sebagai balasannya ...
kamu katakan "Sekarang jamannya sudah beda."'

Waktu kamu berumur 40 tahun,
dia menelponmu untuk memberitahu pesta salah satu saudara dekatmu ..
sebagai balasannya...
kamu jawab "Aku sibuk sekali, nggak ada waktu."

Waktu kamu berumur 50 tahun,
dia sakit-sakitan sehingga memerlukan perawatanmu ... sebagai balasannya ...
kamu baca tentang pengaruh negatif orang tua yang numpang tinggal di rumah anaknya

dan hingga SUATU HARI, dia meninggal dengan tenang ... dan tiba-tiba kamu
teringat semua yang belum pernah kamu lakukan, ... dan itu menghantam
HATIMU bagaikan pukulan godam

MAKA ..
JIKA ORANGTUAMU MASIH ADA .. BERIKANLAH KASIH SAYANG DAN PERHATIAN LEBIH DARI YANG PERNAH KAMU BERIKAN SELAMA INI
JIKA ORA NG TUAMU SUDAH TIADA ... INGATLAH KASIH SAYANG DAN CINTANYA YANG TELAH DIBERIKANNYA DENGAN TULUS TANPA SYARAT KEPADAMU


Copied from Kaskus.us