Tuesday, April 14, 2009

Pertobatan



Sadhana Pertobatan :

Sadhana Pertobatan atau Puja Pertobatan adalah sebuah aspek penting dalam Buddhisme. Ritual Pertobatan Namaskara adalah salah satu dari banyak sadhana pertobatan dalam Buddhisme.
Ada banyak macam ritual-ritual pertobatan lainnya, antara lain :

1.
- Pertobatan Kaisar Liang,
diciptakan oleh Kaisar Liang demi isterinya, berdasarkan sutra-sutra Mahayana.

2.
- Pertobatan Air,
diciptakan oleh Master Wu Da setelah Beliau mempelajari Shen Zen.

3.
- Pertobatan Terang Emas,
diciptakan oleh Master Tien Tai berdasarkan Sutra Terang Emas.

4.
- Pertobatan Avalokitesvara,
berdasarkan Sutra Avalokitesvara untuk menghapuskan semua kemungkinan bencana.

5.
- Pertobatan Amitabha Buddha,
berdasarkan kekuatan 48 Sumpah Agung-Nya.

6.
- Pertobatan Buddha Obat (Bhaisajyaguru Buddha),
diciptakan oleh Master Tien Tai berdasarkan Sutra Avatamsaka, juga dikenal sebagai Enam Organ Indra dan Samadhi Avatamsaka.

7.
- Fang Deng - Persamaan,
diciptakan berdasarkan kombinasi dari beberapa Sutra Dharani

8.
dan sebagainya.

Mengapa kita harus melakukan ritual pertobatan ?
Dikatakan dalam Sutra Penembusan Pikiran bahwa "dosa / pelanggaran akan menjadi besar bila disembunyikan dan akan menghilang sewaktu pelakunya bertobat".
Kita semua mengenal ayat pertobatan berikut ini "Semua karma buruk saya semenjak dahulu kala timbul karena loba (keserakahan), dosa (perbuatan buruk) dan moha (kebodohan) saya yang berkepanjangan dan dilakukan oleh tubuh, ucapan dan pikiran saya. Sekarang, saya menyesali semua kesalahan-kesalahan saya dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali".
Sebuah paragraf dari Sutra Maha Persamuan "Sepotong pakaian berusia 100 tahun dapat dibersihkan dalam sehari. Demikian pula semua karma buruk yang dihasilkan selama banyak reinkarnasi dapat dilenyapkan bila kita mau meluangkan sedikit waktu untuk mentaati pikiran yang benar seperti yang telah diuraikan oleh Buddha Dharma".

Berikut ini adalah sebuah ayat pertobatan aliran esoteris - Tantrayana Satya Buddha :
Dihadapan Penjelmaan dari Tri Ratna, saya bernamaskara kepada Maha Mula Guru saya, Teratai Bersinar, telah gagal mentaati ajaran-ajaran Maha Mula Guru dan para Buddha, menyerang dan memfitnah Guru. Dan dihadapan saudara-saudari se-Dharma, telah muncul pandangan-pandangan yang menyimpang dan komentar-komentar saya yang bersifat menghina, tidak memvisualisasikan yidam dan mandala dengan jelas, tidak membaca sutra dengan benar dan menjapa mantera dengan ejaan yang tidak sesuai, membocorkan rahasia-rahasia yang dipercayakan kepada saya, membuka ke sepuluh hal rahasia dari Tantra dan menipu Guru. Sewaktu menjalankan tugas-tugas dan Pancasila, tidak berlatih dengan tekun mengenai penjapaan, meditasi dan sila, memboroskan waktu dan tidak melaksanakan enam latihan harian. Karena kemalasan dan kikir harta, saya tidak memberikan persembahan, tenggelam dalam kenikmatan indra dari tubuh, pikiran dan ucapan serta melanggar sila-sila. Kini saya mengakui semua pelanggaran akar dan bertobat. Saya mengakui semua pelanggaran cabang dan bertobat. Saya bertobat atas semua kesalahan-kesalahan, pelanggaran dan kekotoran saya. Saya mengakui semuanya dan bertobat dengan tulus hati untuk dapat mencapai kesucian yang absolut.

Ada 3 jenis pertobatan :

1.
Mengakui semua karma buruk yang ditimbulkan oleh tubuh, pikiran dan ucapan dihadapan para Buddha dan Bodhisattva. Jenis ini digunakan untuk menambal sila-sila yang telah kita langgar.
Ini dikenal sebagai "Pertobatan Karma".

2.
Dalam meditasi, kita mengundang para Buddha dan Bodhisattva untuk menyentuh kepala kita atau memancarkan sinar kepada kita. Tanda-tanda positif ini menolong untuk melenyapkan semua jenis karma-karma buruk kita.
Ini disebut sebagai "Pertobatan Bentuk".

3.
Berusaha menghapuskan avidya (kebodohan) dari jalan tengah dengan cara perenungan atau meditasi mengenai konsep "Tak Timbul".
Ini disebut "Pertobatan Tak Timbul".
Dikatakan dalam sutra Avatamsaka "Bodhisattva menggunakan pandangan benar-Nya untuk mengamati dunia dan menyadari bahwa semua fenomena disebabkan oleh karma. Semua fenomena muncul karena sebab. Tak ada "timbul" dan tak ada "akhir"". Dan "Pencapaian seorang Buddha sungguh sangat sulit untuk dimengerti. Hanya para Buddha sendiri yang dapat benar-benar mengerti kebenaran dari semua fenomena".
Sedangkan dalam ulasan tentang Sutra Hati "Inti dasarnya Hukum Karma adalah kekosongan. Kekosongan itu bukanlah ciptaan Buddha maupun ciptaan manusia".

Ada 5 hal penting dalam ritual pertobatan dalam Satya Buddha, yaitu :

1.
Pengundangan para Buddha dan Bodhisattva sebagai saksi

2.
Menerima pancaran sinar para Buddha dan Bodhisattva untuk penyucian

3.
Menyebut nama para Buddha atau Bodhisattva dan menjapa mantera

4.
Membentuk mudra dan visualisasi

5.
Penyaluran Jasa dan Pertobatan
Ritual pertobatan Satya Buddha ini harus dilaksanakan sebagai bagian dari Sadhana Catur Prayoga dan Sadhana Guru Yoga. Bila selalu dilakukan setiap saat dengan benar, maka karma baik kita akan meningkat dan karma buruk kita akan tertekan hingga titik terendah dan bila telah mencapai pengertian kekosongan secara baik, maka karma buruk tersebut akan melebur dengan kekosongan dengan sendirinya, sehingga secara otomatis karma tersebut akan menghilang dalam kekosongan.

Mantera Sata-Aksara Vajrasattva dikenal sebagai mantera terbaik untuk pertobatan didalam aliran esoteris karena memiliki tiga manfaat utama yaitu,

1.
sebagai pertobatan

2.
sebagai media penerimaan berkah dari Panca Dhyani Buddha

3.
dan penambalan ketidak-sempurnaan sadhana
Dua alasan untuk menjalankan Sadhana Vajrasattva yang perlu ditekankan ialah semua karma buruk semenjak masa lampau dapat terhapuskan, serta perbuatan dan sumpah sang sadhaka akan menjadi seteguh vajra.

Sebuah pertobatan yang tulus dapat membakar semua penderitaan, memadamkan api neraka dan memberikan kesejukan duniawi. Dengan menjalankan Sadhana Pertobatan, kita dapat mencapai tingkat meditasi dan kebijaksanaan yang tertinggi dan mendalam serta usia panjang, yang pada akhirnya akan membawa kita kepada tubuh ke-Buddha-an dan penerangan yang sempurna.

Sadhana

Sadhana yang bersifat non-Duniawi (Lokuttara) dan Duniawi (Lokiya)


Latihan ini bermakna "Dharma" dengan tujuan untuk menyingkirkan marabahaya, menambah kesejahteraan duniawi atau kekayaan, memupuk rasa kasih, kebahagiaan, kesuksesan, menaklukan dan mengendalikan Mara.

Latihan esoteris terbagi dalam dua bagian yaitu sesuatu yang bersifat teori dan sesuatu yang bersifat pelaksanaan. Sesuatu yang bersifat pelaksanaan dibagi lagi menjadi yang bersifat non-Duniawi (Lokuttara) dan yang bersifat Duniawi (Lokiya).

Pelaksanaan dari non-Duniawi yaitu Empat Langkah Dasar (Sadhana Catur Prayoga), Sadhana Guru Yoga, Sadhana Yidam Yoga, Vajra Dharma Yoga dan Anuttara Tantra.
Latihan yang bersifat Duniawi adalah untuk menyingkirkan marabahaya, menambah kesejahteraan duniawi atau kekayaan, memupuk rasa kasih, kebahagiaan, kesuksesan, menaklukan dan mengendalikan Mara dan sebagainya.

Di dalam semua pelaksanaan esoteris, yang terpenting adalah pelaksanaan Ritual Api Homa, di samping itu juga perlu adanya pembacaan mantera dan penggambaran kertas mantera dan lain-lain sebagainya.

Dalam latihan untuk menumbuhkan kesejahteraan Duniawi dari esoteris terdapat tiga unsur yang saling melengkapi agar sebuah permohonan dapat terlaksana, yaitu :
1. Yidam Buddha atau Bodhisattva
Saat sadhana, visualisasi Yidam Buddha diharapkan dapat memancarkan sinar, maka sadhana tersebut akan bermanfaat
2. Maha Mula Vajra Acarya
Sebagai mediator dari visualisasi segala keinginan-keinginan kita saat bersadhana
3. Sadhaka
Sadhaka harus mempunyai ketulusan dan keyakinan yang mendalam, dengan demikian akan memberikan hasil yang maksimal atas apa yang diinginkannya
pada ketiga unsur tersebut harus mempunyai kesatuan batin, dan bila dijalankan sesuai dengan ajaran Dharma Satya Buddha, maka keinginan Duniawi yang diidam-idamkan pasti akan terkabul dalam waktu maksimal enam bulan.

Meskipun latihan-latihan tersebut bersifat Duniawi (Lokiya Dharma), namun sesungguhnya juga bersifat non-Duniawi (Lokuttara Dharma). Hal tersebut bermula dari sesuatu yang berbentuk menuju kepada sesuatu yang tidak berbentuk atau, dari sesuatu yang bersifat relatif menuju ke sesuatu yang bersifat absolut. Demikianlah metode-metode esoteris Tantrayana (rahasia yang mengandung kegaiban).

Beberapa sadhana Duniawi yang dapat dipelajari di Satya Buddha, dan memiliki "kunci pengundangan" Yidam-Nya masing-masing :
1. Sadhana Dewa Rejeki Lima Penjuru
2. Sadhana Pohon Uang
3. Sadhana Rejeki "Panca Arwah"
4. Sadhana Arah Magnet Dewa Bumi
5. Sadhana Guru Yoga Panca Karman
6. Sadhana Botol Harta Raja Naga
7. Sadhana Jambala Merah
8. Sadhana Jambala Putih
9. Sadhana Jambala Hitam
10. Sadhana Jambala Hijau
11. Sadhana Jambala Kuning
12. Sadhana Raja Dewa Harta
13. Sadhana Penaklukan
14. Sadhana Penanggungan Karma Buruk
15. Sadhana Mata Ketiga
16. Sadhana Pengendali Mimpi
17. Sadhana Pemurnian Zat
18. Sadhana Penyeberangan Mahkluk, dan sebagainya.

Teori Latihan Tiga Rahasia

Penjelasan teori untuk melakukan Latihan Pemberkatan Khusus dari Tiga Rahasia

Tiga bagian rahasia dari badan jasmani, pikiran dan ucapan dari para Buddha dan Bodhisattva yang kemudian memberkati badan jasmani, pikiran dan ucapan sadhaka. Dengan melakukan pembersihan karma buruk dan memupuk karma baik lewat latihan (lihat Sadhana Pertobatan) dan dengan pemberkatan tiga rahasia dari mudra, visualisasi dan mantera, semua itu dimaksudkan agar memperoleh kontak batin.

Latihan-latihan tersebut adalah sebagai berikut :
1. VISUALISASI.
Yang dimaksud dengan visualisasi adalah merenung dan membayangkan. Visualisasi merupakan bagian terpenting dalam latihan yang melambangkan nilai esoteris yaitu kekuatan pikiran. Kekuatan pikiran yang terlatih menghasilkan sebuah kekuatan dan menjadi sumber dari tenaga yang tidak terhingga, yang dapat memperoleh kekuatan luar biasa besarnya serta dapat mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi dan mengubah keadaan-keadaan yang buruk menjadi baik.
Bila mampu melakukan visualisasi dengan memusat / terfokus hingga pada titik akhirnya, maka akan merealisasikan "tubuh ke-Buddha-an dalam waktu sekejab".
Visualisasi dalam aliran esoteris pada umumnya terbagi menjadi lima macam :
a. Visualisasi tentang Dharmasala.
b. Visualisasi tentang Cakra Chandra.
c. Visualisasi tentang Bijah Mantera.
d. Visualisasi tentang Yidam Buddha.
e. Visualisasi tentang Aku Memasuki-Nya dan sebaliknya.

Bagi para sadhaka, harus dapat melakukan kelima macam visualisasi tersebut, maka baru dapat dikatakan telah sesuai dengan metode latihan esoteris.

2. MUDRA.
Mudra melambangkan badan jasmani yang bisa juga disebut "Penyucian Badan Jasmani" dalam aliran esoteris. Di saat membentuk mudra, hal tersebut melambangkan nilai esoteris dari Badan Yidam Buddha atau Bodhisattva yang bersangkutan. Semua mantera dan mudra akan disesuaikan dengan bentuk visualisasi yang tepat secara rahasia.
Pada saat bervisualisasi, tangan membentuk mudra yang mempunyai banyak arti gaib. Mudra dalam aliran esoteris memiliki banyak ragam dan arti yang khusus.
Ketika kita melihat sebuah pratima dari Buddha atau Bodhisattva, kita dapat mengenalinya dari bentuk mudra dan alat yang digenggamnya, karena masing-masing bentuk pratima memiliki tujuan dan makna yang berbeda-beda.

3. MANTERA.
Mantera melambangkan kata-kata rahasia. Mantera merupakan perubahan suara batin para Buddha atau Bodhisattva dalam melakukan Upaya Kausalya terhadap seluruh insan. Bagi sadhaka yang mendalami pembacaan mantera akan dapat menjelaskan makna esoteris dan pembuktiannya secara mantap serta bukti pencapaian Sidhi-nya.
Mantera bisa terdiri dari mantera panjang atau mantera pendek. Mantera panjang ada kalanya ditambah dengan gatha pemujaan, sedangkan mantera pendek merupakan mantera hati dari Yidam Buddha yang bersangkutan secara langsung. Makna dan manfaat / pahala dari pembacaan salah satu dari kedua mantera tersebut adalah sama, tergantung dari ketersediaan waktu yang ada.
Membaca mantera tergantung pada jodoh seseorang terhadap Yidam Buddha atau Bodhisattva yang cocok dengan kehidupannya saat ini, dengan demikian dapat menggunakan satu mantera saja dan tidak menggunakan banyak mantera lainnya. Bila di dalam suatu latihan menggunakan lebih dari lima macam mantera, maka kekuatan mantera tersebut akan terpencar sehingga sulit untuk memperoleh konsentrasi yang dibutuhkan.
Dalam aliran esoteris, setiap mantera memiliki masing-masing bijah aksara (huruf suci) dari mantera yang bersangkutan, karena dari pengenalan bijah mantera tersebut dapat menghasilkan semua Cakra Aksara. Dengan demikian, melalui hal ini baru dapat diperoleh hasil yang nyata secara maksimal.

Vajra Dharma Yoga

Konsep Sadhana Vajra Dharma Yoga :

Maha Guru Lu pernah berkata, "Bila seorang sadhaka Satya Buddha telah berhasil di dalam Sadhana Vajra Dharma Yoga ini, maka sadhaka tersebut akan memiliki hati dan sifat vajra serta dapat memilih salah satu Vajra agar dapat melaksanakan latihan dan penekunan Buddha Dharma. Bila sadhaka tersebut memiliki sifat Metta Karuna dan tekun di dalam latihannya, maka akan dapat menyingkirkan sifat kebencian, ke-Aku-an dan kegelapan batin".

Latihan Vajra dari Satya Buddha memiliki latihan Sadhana Vajra dari Lima Vajra Besar. Bila saja seorang siswa Satya Buddha dapat menguasai salah satu dari lima besar Sadhana Vajra Dharma Yoga tersebut dan memperoleh hasil, maka siswa tersebut akan segera mencapai tubuh ke-Buddha-annya.
Pengertian Lima Vajra Besar adalah : manifestasi dari Maha Vairocana Buddha, Akshobya Buddha, Ratna Sambhava Buddha, Amitabha Buddha dan Amoga Siddhi Buddha. Ada juga sadhana vajra Satya Buddha lainnya yaitu seperti : Sadhana Acalanatha, Sadhana Ucchusma dan sebagainya.

Kelima Panca Dhyani Buddha termanifestasi di dalam Vajrasattva. Hal ini yang menyebabkan Sadhana Vajrasattva dimasukkan lebih awal di dalam Sadhana Catur Prayoga, agar Sadhaka pemula dapat menumbuhkan benih-benih hubungan jodohnya terlebih dahulu dengan Panca Dhyani Buddha.
Hal ini juga bertujuan untuk melindungi Tri Ratna dan menundukkan serta mengendalikan Mara, dan untuk memberikan pelajaran dan bimbingan kepada seluruh mahkluk hidup yang mempunyai makna esoteris terkait dengan Upaya Kausalya.

Maha Guru Lu juga pernah berkata, "Di dalam pelajaran Tantrayana Satya Buddha, bila seorang siswa atau sadhaka telah mencapai latihan Sadhana Vajra Dharma Yoga, maka akan memperoleh kekuatan besar untuk menundukkan dan mengendalikan semua Mara, seluruh tubuhnya akan memancarkan sinar suci yang nyata, dan semuanya akan berjalan dengan tanpa hambatan, berjalan dengan kesempurnaan. Ini semua akan memperlancar semua pelaksanaan latihan Dharma, dan sadhaka tersebut dapat memperoleh gelar Acarya tingkat pertama di dalam aliran esoteris Satya Buddha".


Vajra Dharma Yoga

Konsep Sadhana Vajra Dharma Yoga :

Maha Guru Lu pernah berkata, "Bila seorang sadhaka Satya Buddha telah berhasil di dalam Sadhana Vajra Dharma Yoga ini, maka sadhaka tersebut akan memiliki hati dan sifat vajra serta dapat memilih salah satu Vajra agar dapat melaksanakan latihan dan penekunan Buddha Dharma. Bila sadhaka tersebut memiliki sifat Metta Karuna dan tekun di dalam latihannya, maka akan dapat menyingkirkan sifat kebencian, ke-Aku-an dan kegelapan batin".

Latihan Vajra dari Satya Buddha memiliki latihan Sadhana Vajra dari Lima Vajra Besar. Bila saja seorang siswa Satya Buddha dapat menguasai salah satu dari lima besar Sadhana Vajra Dharma Yoga tersebut dan memperoleh hasil, maka siswa tersebut akan segera mencapai tubuh ke-Buddha-annya.
Pengertian Lima Vajra Besar adalah : manifestasi dari Maha Vairocana Buddha, Akshobya Buddha, Ratna Sambhava Buddha, Amitabha Buddha dan Amoga Siddhi Buddha. Ada juga sadhana vajra Satya Buddha lainnya yaitu seperti : Sadhana Acalanatha, Sadhana Ucchusma dan sebagainya.

Kelima Panca Dhyani Buddha termanifestasi di dalam Vajrasattva. Hal ini yang menyebabkan Sadhana Vajrasattva dimasukkan lebih awal di dalam Sadhana Catur Prayoga, agar Sadhaka pemula dapat menumbuhkan benih-benih hubungan jodohnya terlebih dahulu dengan Panca Dhyani Buddha.
Hal ini juga bertujuan untuk melindungi Tri Ratna dan menundukkan serta mengendalikan Mara, dan untuk memberikan pelajaran dan bimbingan kepada seluruh mahkluk hidup yang mempunyai makna esoteris terkait dengan Upaya Kausalya.

Maha Guru Lu juga pernah berkata, "Di dalam pelajaran Tantrayana Satya Buddha, bila seorang siswa atau sadhaka telah mencapai latihan Sadhana Vajra Dharma Yoga, maka akan memperoleh kekuatan besar untuk menundukkan dan mengendalikan semua Mara, seluruh tubuhnya akan memancarkan sinar suci yang nyata, dan semuanya akan berjalan dengan tanpa hambatan, berjalan dengan kesempurnaan. Ini semua akan memperlancar semua pelaksanaan latihan Dharma, dan sadhaka tersebut dapat memperoleh gelar Acarya tingkat pertama di dalam aliran esoteris Satya Buddha".

Acarya

Tingkatan Acarya dalam Tantrayana Satya Buddha

Acarya adalah seorang Bhiksu yang mengajarkan Buddha Dharma. Bagi Acarya di aliran Satya Buddha harus memiliki dua syarat utama, yaitu :
1.
Telah memasuki Pertemuan para Buddha dan Bodhisattva (Samadhi) dan telah menerima Abhiseka Acarya. Juga telah melatih semua metode Dharma hingga memperoleh hasil serta mendapat restu dari Maha Mula Vajra Acarya Lian Sheng sebagai Acarya.
2.
Telah memasuki Kesadaran Maha Vairocana serta memperoleh restu dari para Buddha, Bodhisattva dan para Acarya lainnya. Dan dengan nyata telah menerima penyampaian pelajaran Dharma Buddha.

Pada umumnya tingkatan Acarya terbagi menjadi empat kategori, yaitu :
1.
Acarya.
Telah mengenal tata upacara dan melaksanakannya dengan penuh keyakinan. Ini adalah Acarya tingkat pertama.
2.
Maha Acarya.
Telah mengerti tentang teori dan pelaksanaan latihan-latihan esoteris. Ini merupakan Acarya tingkat madya.
3.
Vajra Acarya.
Semua penghayatan telah dapat dimengerti dengan baik. Ini merupakan Acarya tingkat atas.
4.
Maha Mula Vajra Acarya.
Telah memperoleh kebijaksanaan tertinggi. Ini merupakan Acarya tingkat tertinggi.

Vajra Acarya mengemban tugas dari Tantrayana, meneruskan penyampaian Dharma dan kebijaksanaan para Buddha. Oleh karena itu, selayaknya setiap orang memberikan penghormatan dan persembahan dalam rangka mendukung dan melestarikan Buddha Dharma.




Peraturan Sila-sila dalam Satya Buddha :

Peraturan Sila-sila dalam Satya Buddha :

Bagi para sadhaka Satya Buddha, setelah menerima Abhiseka, maka diwajibkan untuk mentaati peraturan sila yang tertera pada sertifikat bersarana, dengan demikian di dalam latihannya akan memperoleh perlindungan dari para mahkluk suci yang menyertai sadhaka serta memperoleh dukungan kekuatan spiritual yang sebenarnya.
Seandainya melanggar peraturan sila dan melakukan karma buruk, maka akan ditinggalkan oleh para mahkluk suci tersebut dan dengan demikian, segala macam penekunan dharma esoteris yang dilakukan akan menjadi tidak bermanfaat, dan mungkin akan terjatuh ke dalam kondisi semula yang lebih buruk.

Seperti yang tertera di dalam surat sertifikat bersarana "Berdasarkan petunjuk dari Sang Buddha, dengan pikiran yang mantap dan sepenuh hati berlindung kepada Buddha, juga berlindung pada Maha Mula Vajra Acarya Lian Sheng hingga akhir hayat untuk melaksanakan kebajikan serta selama hidup akan mentaati sila, patuh pada negara, berbakti pada kedua orang tua, menghormati guru dan para sesepuh. Semoga para Buddha dan Bodhisattva menjadi saksi dan berkenan membimbing". Yang dimaksud dengan hingga akhir hayat adalah selamanya melaksanakan Dharma dan mentaati Pancasila yaitu :

1.
Tidak membunuh.
Agar selalu hidup dengan penuh welas asih, tidak membunuh mahkluk hidup serta mau aktif dalam melepaskan mahkluk hidup lainnya.

2.
Tidak minum minuman yang ber-alkohol, juga sebaiknya tidak merokok.
Agar selalu mawas diri dan menjaga kestabilan pikiran, jangan sampai lupa diri.
Sedangkan himbauan untuk tidak merokok adalah karena akan menghambat kelancaran jalannya prana di jalur Avadhuti di tulang belakang saat melakukan tahap awal di Sadhana Vajra Dharma Yoga.

3.
Tidak berjinah.
Selain hubungan suami istri, semua tindakan dan pemikiran yang menyimpang tentang seks diluar hubungan suami istri digolongkan sebagai perjinahan.

4.
Tidak Berbicara Palsu.
Selalu mengatakan hal-hal yang benar, tidak berbohong, tidak memfitnah dan tidak menyerang perbuatan atau pemikiran atau ucapan orang lain.

5.
Tidak Mencuri.
Tidak mengambil sesuatu hak atau barang yang bukan milik sendiri.

Juga memahami 14 sila pokok Tantrayana dan 50 syair Tata Krama Tantrayana, serta melaksanakan Sepuluh Karma Baik (Dasa Kusala Karma) dan menjauhi Sepuluh Karma Buruk (Dasa Akusala Karma).
Karma buruk yang paling berat hukumannya adalah melakukan pembunuhan terhadap orang tua kandung, melukai atau memfitnah Tubuh Buddha atau seorang Arahat, merusak pagoda atau arama atau pratima atau Kitab Suci, mencuri barang milik vihara, menghujat Buddha Dharma serta mengintimidasi para pelaksana Buddha Dharma dan memecah belah perkumpulan Sangha.

Seorang siswa yang tidak mentaati sila-sila tidaklah sesuai dengan hukum ke-Buddha-an, bahkan bila seseorang telah bersarana kepada Satya Buddha, pengabaian sila-sila ini akan membuat "Sertifikat ber-Sarana" tidak berguna dan menjadikan sertifikat itu tidak lebih dari sepotong kertas belaka.

Karena semua insan manusia di dunia tidak sempurna, tentu saja ada yang akan melanggar sila. Orang yang melanggar sila tersebut harus menyesali perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Dengan melakukan penyesalan (lihat Sadhana Pertobatan), maka lama kelamaan orang yang menyesali segala perbuatan buruknya atau pikiran buruknya maupun ucapan buruknya, akan memperoleh berkah dari para Buddha serta dapat dipastikan akan memperoleh kebahagiaan dan dapat menyingkirkan akibat-akibat dari karma buruknya.

Penjelasan Catur Sarana


Pengertian Sarana adalah mencari perlindungan atau bersandar atau memperoleh penyelamatan.
Penyelamatan disini melingkupi tumimbal lahir di alam brahma / dewa, asura, manusia, binatang, hantu kelaparan dan neraka, agar terbebas dari roda samsara dan kilesa.

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian Esoteris di perkenalan Buddha Tantrayana - esoteris depan, "Dalam esoteris, sebuah kegiatan sadhana merupakan hal yang amat sakral dan penting sehubungan dengan adanya kemungkinan pencapaian Nibbana atau tubuh ke-Buddha-an secara sekejab, dan hal pencapaian ini sangat berhubungan erat dengan keberadaan seorang guru spiritual Tantrayana yang ahli dan yang diyakini mampu untuk memberikan pertolongan dan bimbingan ajaran secara jelas kepada seorang sadhaka pemula melalui sebuah ritual pemberkatan khusus pada tahap awal memulai pelajaran esoteris (biasa disebut : inisiasi / abhiseka / anuttement / visudhi abhisecani).
Pentingnya sebuah ritual pemberkatan khusus ini didasarkan pada kepercayaan tentang adanya perbedaan tingkatan pencapaian spiritual yang dimiliki oleh seorang guru dengan seorang calon murid, yang pada umumnya tingkat spiritual seorang guru adalah dianggap "lebih menguasai dan suci" jika dibandingkan dengan tingkat spiritual seorang murid. Sehingga atas dasar inilah seorang guru dalam tradisi Tantrayana memiliki tanggung jawab maksimal untuk menyelamatkan dan menanggung seluruh karma-karma buruk yang dimiliki oleh murid tersebut.
Dikarenakan seorang guru memiliki tanggung jawab berat seperti diatas, maka perlindungan utama di dalam aliran esoteris didasarkan pada 4 (empat) mustika yaitu : berlindung kepada Guru - berlindung kepada Buddha - berlindung kepada Dharma - berlindung kepada Sangha, biasa disebut sebagai Catur Sarana." maka di dalam aliran esoteris ini memiliki Catur Sarana yang diucapkan :
Namo Guru Bei atau Namo Ku Lu Pei
Namo Buddhaya atau Namo Pu Ta Ye
Namo Dhammaya atau Namo Ta Mo Ye
Namo Sanghaya atau Namo Seng Kia Ye

Ada orang yang berpendapat, apabila kita dapat menjaga pikiran dengan baik atau memiliki keyakinan kepada Buddha dengan menyebut nama-Nya dan bernamaskara dihadapan-Nya maka tidak perlu bersarana (berlindung) lagi. Sebenarnya yang terjadi adalah, hal tersebut hanya merupakan latihan bagian luar dari pengertian tentang Buddhisme, seandainya ingin benar-benar memahami ajaran Buddha Dharma maka harus melakukan latihan bagian dalam dengan melakukan Sarana diatas.
Terlebih-lebih lagi, aliran esoteris sangat menjunjung tinggi adanya sebuah silsilah antara seorang Guru dengan seorang murid, yang mencerminkan kemampuan bimbingan dari Guru tersebut yang telah memiliki pengalaman spiritual dengan kondisi alam semesta.

Sebenarnya, makna dari Sarana adalah "keyakinan". Dengan adanya keyakinan seseorang baru dapat melakukan Sarana, setelah itu melaksanakan pelatihan diri menurut metode keyakinannya masing-masing dalam hal ini esoteris, sehingga baru dapat memperoleh makna Sarana yang sesungguhnya.

Semua metode Dharma bertujuan mengembangkan Upaya Kausalya (metode yang mudah dilaksanakan agar mampu menuntun para insan untuk memulai perjalanan pelatihan spiritual bagi dirinya sendiri, hal ini terkait dengan adanya 84.000 kemungkinan upaya Dharma). Perlindungan yang paling utama adalah "berlindung pada Diri Sendiri", ini adalah metode yang dilaksanakan oleh para sadhaka / tantrika, dan setelah mampu menghancurkan avidya (kebodohan), maka akan kembali pada sifat sebenarnya dari inti sari batin dan mampu merealisasikan secara benar Tubuh Dharmakaya yang murni.