Thursday, September 4, 2008

Metteya dalam The Gospel of Buddha by Paul Carus, 1894

The Blessed One proceeded with a great company of the brethren
to the sala grove of the Mallas, the Upavattana of Kusinara
on the further side of the river Hirannyavati,
and when he had arrived he addressed the venerale Ananda, and said:
"Make ready for me, I pray you, Ananda,
the couch with its head to the north,
between the twin sala trees.
I am weary, Ananda, and wish to lie down." [1]

"Be it so, Lord!" said the venerable Ananda,
and he spread a couch with its head to the north, between the twin sala trees.
And the Blessed One laid himself down,
and he was mindful and self-possessed. [2]



The Blessed One proceeded with a great company of the brethren
to the sala grove of the Mallas, the Upavattana of Kusinara
on the further side of the river Hirannyavati,
and when he had arrived he addressed the venerale Ananda, and said:
"Make ready for me, I pray you, Ananda,
the couch with its head to the north,
between the twin sala trees.
I am weary, Ananda, and wish to lie down." [1]

"Be it so, Lord!" said the venerable Ananda,
and he spread a couch with its head to the north, between the twin sala trees.
And the Blessed One laid himself down,
and he was mindful and self-possessed. [2]

Now, at that time the twin sala trees
were full of bloom with flowers out of season;
and heavenly songs came wafted from the skies,
out of reverence for the successor of the Buddhas of old.
And Ananda was filled with wander that the Blessed One was thus honoured.
But the Blessed One said:
"Not by such events, Ananda,
is the Tathagata rightly honoured, held sacred, or revered.
But the brother or the sister,
the devout man or the devout woman,
who continually fulfils all the greater and lesser duties,
walking according to the precepts,
it is they who rightly honour, hold sacred,
and revere the Tathagata with the worthiest homage.
Therefore, O Ananda, be ye constant
in the fulfilment of the greater and of the lesser duties,
and walk according to the precepts;
thus, Ananda, will ye honour the Master." [3]

Then the venerable Ananda went into the vihara,
and stood leaning against the doorpost, weeping at the thought:
"Alas! I remain still but a learner,
one who has yet to work out his own perfection.
And the Master is about to pass away from me -
he who is so kind!" [4]

Now, the Blessed One called the brethren, and said:
"Where, O brethren, is Ananda?" [5]

And one of the brethren went and called Ananda.
And Ananda came and said to the Blessed One:
"Deep darkness reigned for want of wisdom;
the world of sentient creatures was groping for want of light,
then the Tathagata lit up the lamp of wisdom,
and now it will be extinguished again,
ere he has brought it out." [6]

And the Blessed One said to the venerable Ananda,
as he sat there by his side: [7]

"Enough, Ananda!
Let not thy self be troubled; do not weep!
Have I not already, on former occasions,
told you that it is in the very nature of all things
most near and dear unto us
that we must separate from them and leave them? [8]

"The foolish man conceives the idea of 'self,'
the wise man sees there is no ground
on which to build the idea of 'self,'
thus he has a right conception of the world
and well concludes that all compounds amassed by sorrow
will be dissolved again,
but the truth will remain. [9]

"Why should I preserve this body of flesh,
when the body of the excellent law will endure?
I am resolved;
having accomplished my purpose
and attended to the work set me,
I look for rest! [10]

"For a long time, Ananda,
thou hast been very near to me by thoughts
and acts of such love as never varies
and is beyond all measure.
Thou hast done well, Ananda!
Be earnest in effort
and thou too shalt soon be free from the great evils,
from sensuality, from selfishness, from delusion and from ignorance!" [11]

And Ananda, suppressing his tears, said to the Blessed One:
"Who shall teach us when thou art gone?" [12]

And the Blessed One replied:
"I am not the first Buddha who came upon earth,
nor shall I be the last.
In due time another Buddha will arise in the world,
a Holy One, a supremely enlightened One,
endowed with wisdom in conduct,
auspicious, knowing the universe,
an incomparable leader of men,
a master of angels and mortals.
He will reveal to you the same eternal truths
which I have taught you.
He will preach his religion,
glorious in its origin,
glorious at the climax,
and glorious at the goal,
in the spirit and in the letter.
He will proclaim a religous life,
wholly perfect and pure;
such as I now proclaim." [13]

Ananda said: "How shall we know him?" [14]

The Blessed One said:
"He will be known as Metteyya,
which means 'he whose name is kindness.'" [15]

Metteyya / Maitreya Bodhisattva = Muhammad SAW ???

Beberapa oknum umat Islam berusaha untuk mempropagandakan agamanya melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan kebenaran. Salah satunya berupa menyatakan bahwa dalam agama Buddha terdapat ramalan mengenai Muhammad SAW dimana mereka mengklaim bahwa Maitreya atau Metteyya yang ditunggu oleh umat Buddha sebagai Buddha masa depan tidak lain adalah Muhammad SAW. Seperti di: http://www.al-shia.com/html/id/servi...ama%20Lain.htm


Dalam Sutta Pitaka Dhiga Nikaya Sang Buddha menceritakan, pada zaman dahulu ada seorang maharaja dunia (cakkavatti) yang bernama Dalhanemi, memerintah dengan bijaksana, jujur dan adil. Pada saat itu umur manusia mencapai 80.000 tahun. Demikian pula keturunannya raja Cakkavatti kedua hingga ketujuh.

Namun pada saat pemerintahan raja kedelapan, kebijaksanaannya berkurang sehingga rakyatnya mulai merasakan kemiskinan sehingga terjadi pencurian dan pembunuhan. Sejak itu umur manusia berkurang menjadi 40.000 tahun, lalu 20.000 tahun dan lama kelamaan menjadi 100 tahun seperti sekarang ini.

Kelak akan tiba suatu masa ketika manusia hanya berusia 10 tahun dan umur 5 tahun merupakan usia perkawinan. Pada saat itu makanan seperti dadi susu, mentega, minyak tila, gula dan garam akan lenyap. Mereka akan memakan biji-bijian kurdusa.

Pada saat itu tidak ada lagi perbuatan baik, yang ada hanya kejahatan, mereka akan kawin dengan siapa saja, bagaikan hewan. Mereka membunuh siapa saja termasuk ibu, bapak, atau kakaknya.

Pada saat itu akan muncul pedang selama seminggu. Mereka akan melihat individu lain sebagai binatang liar. Dan pedang tajam akan selalu tersedia ditangan mereka, lalu dengan pedang itu mereka saling membunuh.

Sementara itu ada orang-orang tertentu yang sadar dan menyembunyikan diri ke hutan, gua-gua gunung dan hidup dengan akar-akar dan buah-buahan. Mereka akan melaksanakan hal itu selama seminggu dan pada hari ketujuh mereka keluar dengan selamat.

Sejak itu mereka mulai menanam kebajikan. Sehingga lama kelamaan umur mereka bertambah menjadi 20 tahun, 40, 60, 80 dan akhirnya mencapai batas 80.000 tahun. Pada saat itu akan muncul seorang raja bernama Sankha, yang jujur dan bijaksana. Dan akan muncul seorang Bhagava Arahat SammasamBuddha bernama MAITREYA yang sempurna bagaikan Buddha Gautama.





Beberapa oknum umat Islam berusaha untuk mempropagandakan agamanya melalui cara-cara yang tidak sesuai dengan kebenaran. Salah satunya berupa menyatakan bahwa dalam agama Buddha terdapat ramalan mengenai Muhammad SAW dimana mereka mengklaim bahwa Maitreya atau Metteyya yang ditunggu oleh umat Buddha sebagai Buddha masa depan tidak lain adalah Muhammad SAW. Seperti di: http://www.al-shia.com/html/id/servi...ama%20Lain.htm

Mari kita meluruskan apa yang tidak lurus, sehingga tidak ada lagi kesalahpahaman yang akan menimbulkan suatu permasalahan tersendiri ataupun pemutarbalikan fakta. Argumen ini ditujukan untuk membahas mengenai artikel : ”Muhammad SAW Menurut Pandangan Kitab Hindu Budha Dan Kristen”. Argumen kali ini untuk meluruskan pandangan salah mengenai keberadaan Muhammad SAW dalam kitab suci agama Buddha.

Pertama dimanapun di dunia ini, ketika kita bertanya apakah kitab suci agama Buddha ? Maka jawabannya adalah Tipitaka (bahasa Pali) atau Tripitaka (bahasa Sanskerta). Tipitaka itu sendiri merupakan kumpulan sabda-sabda Sang Buddha yang dikumpulkan setelah Sang Buddha wafat (parinibbana). Di sebut Tipitaka karena terdapat 3 (ti/tri) bagian, yaitu Vinaya Pitaka (peraturan para Bhikkhu), Sutta Pitaka (Kotbah panjang dan pendek Sang Buddha), dan Abhidhamma Pitaka (psikologi dan metafisika Buddhis). Dan di dalam Tipitaka terdapat 84.000 pokok ajaran, ratusan bahkan ribuan judul, sehingga dengan demikian Tipitaka tidak berbentuk suatu (satu) buku saja, tetapi ratusan buku.

The Gospel of Buddha, 1894 merupakan karya Paul Carus Ph.d. (banyak orang yang salah menulis nama Paul Carus menjadi Caras). Ia adalah seorang editor Jerman –Amerika. Ia menganggap dirinya "an atheist who loved God." Ia tertarik dengan Buddhisme dan ingin memperkenalkannya kepada dunia Barat sehingga ia mulai merangkum sebagian kecil dari banyak kotbah yang ada dalam Tipitaka.

Jadi perlu digaris bawahi adalah kitab suci agama Buddha adalah Tipitaka bukan The Gospel of Buddha. Dengan demikian pembahasan yang sah mengenai agama Buddha adalah dengan mengacu pada Tipitaka bukan pada Gospel of Buddha karya Paul Carus. Hal ini dikarenakan tidak semua yang ada dalam Tipitaka termuat dalam Gospel of Buddha. Dengan kata lain Gospel of Buddha tidak mengungkapkan keseluruhan fakta yang ada dalam tipitaka.

Sekarang mari kita bahas mengenai artikel ”Muhammad SAW Menurut Pandangan Kitab Hindu Budha Dan Kristen”

Dalam artikel dikatakan bahwa :

.”Dalam tradisi Budha, pemimpinnya sendiri Sidharta Gautama telah meramalkan kedatangan seorang manusia yang diberi wahyu. Dalam Doktrin Budha (The Gospel of Buddha) oleh Caras (hal.217-8) tercantum bahwa Budha agung yang akan datang ke dunia ini dikenal sebagai “Maitreya”. Cakkavatti-Sihanada Suttana memberinya nama “Meteyya”. Kedua kata ini bermakna “pemberi rahmat”. Dengan merujuk kepada sejarah kehidupan Muhammad saw, kentara sekali beliau adalah orang sangat penyayang dan al-Quran juga menyebut-nyebut fakta ini.”

Pertama penulis tidak teliti dengan nama penyusun The Gospel of Buddha dengan menulisnya dengan nama Caras, adalah namanya adalah Paul Carus.

Kemudian, baik dalam The Gospel of Buddha (GOB) maupun kerika kita merujuk pada Tipitaka yaitu Cakkavatti-Sihanada Suttanta (bukan Suttana), tidak ada satupun kalimat yang menyatakan bahwa Maitreya (bahasa Sanskerta) atau Metteyya (bahasa Pali) berarti “pemberi rahmat”. Dalam GOB dikatakan bahwa “He will be known as Metteyya, which means 'he whose name is kindness.' (Chapter 96 of 100, Metteya). Kindness atau penuh kasih. Kata maitreya atau metteyya merupakan kata dari bahasa Sanskerta dan Pali yang berasal dari kata ”maitri” dan ”metta” yang berarti cinta kasih. Dengan demikian Maitreya bukanlah berarti ”pemberi rahmat” tetapi ”penuh cinta kasih”. Adalah hal yang berbeda baik dipandang dari definisi maupun maknanya antara ”pemberi rahmat” dengan ”penuh cinta kasih”

Kemudian dalam GOB tidak dijelaskan kapan , dimana dan apa ciri dari kedatangan Maitreya itu. Hal ini penting untuk membandingkan antara Maitreya dengan Muhammad SAW, baik dari waktu kelahiran, tanda-tanda, sampai kondisi dunia. Oleh karena itu jika mengacu pada GOB kita hanya bisa membahasnya sampai pada arti Maitreya yang akhirnya pada dasarnya memiliki arti yang berbeda.

Satu-satunya cara memastikan apakah Maitreya adalah Muhammad SAW, kita perlu mengacu pada sutta-sutta dalam Tipitaka yang membahas mengenai Maitreya (Metteyya), salah satunya adalah Cakkavatti-Sihanada Sutta yang terdapat dalam Sutta Pitaka, Digha Nikaya 26.

Tanda-tanda
Kelahiran Maitreya ditandai dengan kondisi manusia yang memiliki usia sampai 80.000 tahun. Dan pada masa ini orang-orang hanya akan ada tiga macam penyakit -- keinginan, lupa makan dan ketuaan. Apakah ketika Muhammad SAW lahir diikuti dengan tanda-tanda ini ? Jawabannya Tidak.

Tempat kelahiran
Tempat kelahiran Maitreya adalah di negara Jambudipa (istilah lain dari India). Pada masa itu ibu kota Jambudipa adalah kota Ketumati (Varanasi) merupakan kota kerajaan yang besar dan makmur, berpenduduk banyak dan padat serta berpangan cukup. Apakah Muhammad SAW lahir di India? Jawabannya Tidak.

Tanda-tanda Fisik
Maitreya akan memiliki 32 ciri fisik, diantaranya adalah tanda berbentuk roda (cakra) ditelapak kakinya.
Apakah Muhammad SAW memiliki tanda lahir seperti ini ? Jawabannya Tidak.

Gelar
Maitreya akan disebut dengan nama Buddha Maitreya dengan gelar Bhagava Arahat Sammasambuddha (Yang Mulia, Yang Patut Dihormati, Buddha yang Sempurna). Yang sempurna dalam pengetahuan dan pelaksanaannya, sempurna menempuh jalan, pengenal segenap alam, pembimbing manusia yang tiada taranya, guru para dewa dan manusia, yang sadar serta yang patut dimuliakan, yang sama seperti Buddha Gautama.
Apakah Muhammad SAW diberi gelar oleh para pengikutnya dengan gelar Sang Buddha (Yang Sadar), Bhagava Arahat Sammasambuddha ? Jawabannya Tidak.
Apakah Muhammad SAW dikatakan sebagai guru para dewa dan manusia ? Jawabannya Tidak. Gelar Muhammad adalah Nabi Utusan Allah, Rasul Allah.

Ajaran
Karena maitreya adalah seorang Buddha dan seperti yang dikatakan oleh Buddha Gautama sendiri bahwa, ajaran Maitreya akan memiliki inti yang sama dengan Buddha sebelumnya antara lain 4 Kebenaran Arya, Jalan Utama Berunsur Delapan, Karma, Rebirth (kelahiran kembali), Paticcasamupadda.
Apakah ajaran Islam yang dibawa Muhammad SAW mengajarkan 4 Kebenaran Arya, Jalan Utama Berunsur Delapan, Karma, Rebirth (kelahiran kembali), Paticcasamupadda? Jawabannya Tidak.

Dari hal-hal di atas, masih banyak lagi ciri-ciri keberadaan Maitreya dalam Sutta-sutta lain yang memberikan perbedaan antara Muhammad SAW dengan Maitreya.

Kesimpulan.

Baik dari nama, tanda-tanda dunia , tempat kelahiran, ciri fisik, gelar, dan ajarannya, tidak satu pun yang mengacu bahwa Maitreya adalah Muhammad SAW. Ciri-ciri seperti beristri, memiliki pengikut ribuan tidaklah menjadi dasar yang tepat untuk mengatakan bahwa Maitreya adalah Muhammad SAW, karena ciri-ciri ini adalah ciri-ciri umum yang dapat dimiliki oleh semua orang bahkan sekelas Hitler yang memiliki istri dan pengikut ribuan. Bahkan pada dasarnya seorang Buddha tidak pernah menikah (hidup selibat), ketika ia menjadi calon Buddha lah mereka mereka hidup dalam pernikahan.

Jadi, tidaklah benar sama sekali bahwa kitab suci agama Buddha (Tipitaka) menyatakan kedatangan Muhammad SAW. Tetapi Tipitaka menyatakan kedatangan Maitreya. Dengan demikian, Maitreya adalah orang yang berbeda dengan Muhammad SAW.

Artikel ini hanyalah suatu bentuk ketidaktelitian penulis akan isi dan fakta yang terdapat dalam Tipitaka dan berusaha menyamakan Maitreya dengan Muhammad SAW.
Dan tidak menutup kemungkinan ada maksud-maksud tertentu yang bertujuan agar umat Buddha yang menunggu kelahiran Maitreya berpaling kepada agama Islam dengan tokoh Muhammad SAW di dalamnya yang dianggap sebagai yang ditunggu-tunggu.

Salam

Kelana


Literatur:

The Gospel of Buddha
http://www.mountainman.com.au/buddha/carus_96.htm

Cakkavatti-Sihanada Sutta (Digha Nikaya 26)
http://samaggi-phala.org/tipitaka_dtl.php?cont_id=180